It's Me

Name: Maryulis Max
Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
About Me: Saya mencoba untuk menuliskan apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Insya Allah bermanfaat bagi kemanusiaan...
See my curiculum vitae
Komunitas Kampuang

Photobucket - Video and Image Hosting

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Ketik: sumbar dan kirim ke 7505, dari semua operator cellular di Indonesia. Dengan begini anda sudah menyumbang sebesar Rp. 6000.

Jejak Blogger

Free Web Counter

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Penghargaan

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Pernah Sato Sakaki

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Lomba Hut ke-3 Blogfam

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 

61

Peserta Lomba Hari Kartini 2006

MyBlogLOG


Komen Terbaru


Banner Ambo

Maryulis Max Blog

 


27 June 2006
Wakil Rakyat (Masih) Suka Pecicilan
Photobucket - Video and Image Hosting

KENDATI reformasi sudah berhembus, bukan berarti anginnya mampu mencerabut akar kemungkaran masa lalu. Reformasi tinggal reformasi, dikhianati pelaku reformasi itu sendiri.

Salah satu bukti yang terus berlangsung hingga kini adalah budaya lama wakil rakyat yang hobi jalan-jalan tak jelas juntrungan. Berkedok kunjungan kerja, menggali informasi di daerah tujuan, mereka mengeruk uang rakyat untuk memuaskan nafsu pecicilan. Itu terjadi di mana-mana. Baik di level pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.

Demikian pula dengan DPRD Padang. Untuk kesekian kalinya --yang tak terhitung lagi jumlahnya-- mereka bertolak menuju Kota Surabaya, Makassar dan Pontianak. Dalihnya, ingin menggali informasi sekaitan dengan pembahasan LKPj walikota Padang 2005 dan nota perhitungan APBD 2005.

Hitung-hitung masih bersempena dengan masa istirahat sidang (reses-red), mereka --terbagi atas 3 kelompok-- meninggalkan Kota Padang menuju daerah tujuan masing-masing. Agar tak muncul kontroversi atas proyek jalan-jalan ini, seminggu sebelum keberangkatan, mereka "menghibur" para konstituennya dengan melakukan kunjungan kerja (Kunker) di daerah pemilihannya masing-masing. Setelah itu, barulah mereka memuaskan nafsu pecicilannya ini.

Kepergian mereka, menyisakan pertanyaan yang menggelayut di pikiran orang yang mengerti persoalan. Bahkan mendapat tentangan pula dari kolega mereka sesama anggota dewan. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) yang merupakan fraksi terbesar dengan jumlah personil 11 orang dari 45 anggota dewan yang ada, memilih tidak turut serta dengan alasan tidak jelasnya subtansi perjalanan masa reses kali ini. Sebuah sikap yang patut diacungi jempol. Karena dengan tidak turutnya mereka, maka keuangan daerah bisa dihemat hampir ratusan juta lebih.

Yang juga menjadi pertanyaan, apa sih yang mereka cari di Pontianak, Makassar dan Surabaya? Terlebih lagi untuk dua terakhir itu, mereka sudah berkali-kali menyambanginya.

Pengalaman membuktikan, yang namanya Kunker hanyalah formalitas belaka. Acara intinya, paling makan waktu 3 jam, bertemu dengan Pemkab/Pemko setempat. Justru acara tidak resminya yang makan waktu cukup lama, yaitu pecicilan.

Fenomena yang terjadi di Kota Padang, setiap ada pembahasan Ranperda atau pun pembentukan Pansus, dipastikan bakal ada acara yang namanya Kunker atau studi banding ini. Ternyata memang di sinilah enaknya jadi anggota dewan. Karena itu wajar orang berlomba-lomba ingin jadi wakil rakyat karena bisa jalan kemana-mana. Kantong pun tebalnya dibuatnya... (***) 


Read more!
posted by Maryulis Max @ 2:19 PM   7 comments
26 June 2006
P E R I H
Photobucket - Video and Image Hosting

kuingin kepakkan sayap

terbang tinggi

tinggalkan mimpi

sendiri menikmati sepi

di dunia yang

kuciptakan sendiri


Read more!
posted by Maryulis Max @ 6:15 PM   8 comments
21 June 2006
Hidup, Kujalani dan Kuberi Arti...
Photobucket - Video and Image Hosting

LELAKI muda itu menatap nanar. Matanya tak lepas dari layar komputer. Pikirannya tidak fokus ke sana, benaknya melayang entah kemana. Memori masa lalunya, kembali diretas penggal demi penggal guna mengingat sesuatu. Sebentar berkelebat ke masa kanaknya, terus berpindah ke masa remajanya dan beralih ke hidup yang kini dijalaninya.

Dia asyik bermain dengan pikirannya, hingga selang beberapa waktu, ada ingat mengingatinya untuk segera menuliskan apa yang barusan lewat diingatannya. Ya, sebuah keinginan atau tepatnya mimpi yang ingin diwujudkannya di sisa hidup yang entah kapan akan berakhir. Usianya memang masih muda, tapi itu bukan patokan bahwa hidupnya akan berlangsung lama. Dia yakin seyakin-yakinnya, usia adalah misteri yang menjadi bagian dari hidup itu sendiri.

Tangannya mulai memainkan tuts-tuts huruf yang tertera di keyboard komputer kantornya, tempat dimana hari demi harinya habis untuk mewujudkan mimpi dengan menjadi bagian dari sebuah sistem yang memposisikan dirinya sebagai milik "orang lain". Bekerja dalam alur yang telah ditentukan, terkadang dengan berbagai tekanan yang kadang dianggapnya angin lalu.

Ini bukan kehendaknya. Karena dia punya ingin yang lebih dari sekedar menjadi milik "orang lain". Menjadi orang besar yang punya keinginan memiliki "orang lain". Itulah mimpi yang pernah terpatri dibenaknya, saat guru SD-nya bertanya tentang cita-citanya bila kelak menjadi dewasa.

Keinginannya menjadi pemilik "orang lain" yang dicetuskannya ketika masih kanak itu, urung dituliskannya pada notepad yang tampil di layar monitor komputer. Dua alinea yang telah ditulisnya tentang mimpi itu, hilang sekejap setelah tuts delete menyudahi rangkaian kata berisi ingin tersebut.

Dia kembali tercenung. Sadar mengingatinya, alinea yang baru saja dihapusnya memang tak pantas dipertahankan, karena itu akan menjadi bahan tertawaan orang yang membaca tulisannya. Pikirannya buntu. Sebatang rokok dibakarnya, untuk menyulut kembali ingat yang belum teringat.

Sudah 3 batang rokok habis diisapnya. Apa yang mau dituliskan belum juga nyata. Dengan membaca bismillah, dia menguatkan ingat untuk segera menyelesaikan tulisannya itu.

Puluhan tahun telah dilalui, keinginan masa kanak tak mungkin diwujudkan. Dia mencoba mengingat realita. Apa yang harus digapainya kini. Kelewat muluk-muluk, akan percuma. Karena hidup terus berjalan, tuntutan kebutuhan hidup semakin tinggi. Tanggung jawab yang diembannya sebagai suami yang harus menafkahi istri dengan seorang anak yang masih mungil, kini berada di pundaknya.

"Apa yang harus kuperbuat untuk mereka," tanya itulah yang menginspirasinya kembali menuliskan keinginan hidupnya kini hingga saatnya nanti.

"Aku harus bisa menghidupi mereka dengan nafkah yang halal. Membuat istriku bahagia, membikin masa depan anakku lebih cerah. Setidaknya dia harus lebih baik dari ayah dan bundanya. Harus punya keinginan hidup atau cita-cita yang jauh lebih tinggi dari ayahnya yang kini terkungkung sebagai milik "orang lain". Ya.., aku ingin begitu saja di sisa hidupku yang tak seberapa," gumamnya sembari terus mengetik huruf demi huruf di komputernya.

Dia mulai berjanji pada dirinya, untuk segera memulai hidup baru. Hidup dengan semangat untuk be the best bagi dirinya, istri tercinta dan anak tersayang. Tak perlu hidup muluk-muluk, cukup dengan "jalani dan beri dia arti..." Sebuah filosofi yang tak ada duanya di dunia ini.
(***)

* tulisan di atas, adalah kenyataan dan harapan yang kutuangkan sekaitan dengan writing contest-nya HIKING.


Read more!
posted by Maryulis Max @ 12:22 PM   7 comments
19 June 2006
Jangan Kelewat Bangga Dapat Adipura
Photobucket - Video and Image Hosting

SEBANYAK 45 kota dari 381 kota di seluruh Tanah Air, dinyatakan Kementerian Lingkungan Hidup layak mendapat Piala Adipura. Dengan begitu, hanya ada 12% dari ratusan kota yang dianggap serius ngurusin kebersihan dan keteduhan kotanya. Lebihnya, wallahu alam. Khusus Sumatera Barat, hanya 3 kota mendapatkannya, yaitu Kota Padang untuk kategori kota besar terbersih, Kota Payakumbuh (kota sedang) dan Kota Padang Panjang (kota kecil).

Kendati begitu, jangan bangga dulu dapat Adipura.

Sebagai salah seorang tim penilai Adipura, yang turun langsung menilai kebersihan dan keteduhan beberapa kota peserta lomba ini, saya melihat masih banyak kekurangan di sana-di sini dalam pelaksanaan penilaian. Walau harus diakui, lomba Adipura saat ini adalah perbaikan dari lomba
sebelumnya. Tapi tetap saja ada kekurangan.

Salah satu yang paling krusial adalah, proses sebelum penilaian dilakukan. Sebelum tim diturunkan, Pemko dan Pemkab setempat telah terlebih dahulu mendapat "bocoran" kapan tim penilai akan turun ke kotanya. Sehingga mereka langsung berbenah; yang kotor disulap menjadi kinclong, yang buruk dipermak menjadi cantik. Dari tiada, dijadikan ada. Segala cara, daya dan upaya dilakukan demi mendapatkan trofi Adipura yang diserahkan presiden RI itu.

Jadilah lokasi pemantauan ini bersih temporer, bukan permanen. Bahkan ada sebuah kota, yang bela-belain menambah fasilitas kontainer sampah di sebuah perumahan hanya demi mendapatkan nilai yang tinggi. Walau untuk itu, mereka harus membayar sewa lokasi buat penempatan kontainer tersebut ke si pemilik tanah. Padahal di keseharian, tidak pernah ada penempatan TPS di lokasi perumahan ini.

Kekurangan kedua adalah, lokasi pantau yang akan dinilai tim penilai ditentukan oleh Pemko/Pemkab setempat. Kalaupun ada yang ditentukan Kementerian LH, itu hanya melengkapi jumlah titik pantau yang masih kurang. Dengan begitu, tim menilai lokasi yang telah dipermak sedemikian rupa menjadi indah.

Pemantauan dilakukan pada objek lokasi yang telah ditentukan, meliputi perumahan (perumahan menengah dan sederhana, serta --kalau ada-- perumahan pasang surut), sarana kota (jalan arteri dan kolektor, pasar,
pertokoan, perkantoran, sekolah, rumah sakit, Puskesmas, taman kota, hutan kota),
sarana transportasi (terminal bus/Angkot, pelabuhan sungai dan terminal penumpang, stasiun kereta api), sarana kebersihan (TPA dan komposting), perairan terbuka (sungai/saluran terbuka/danau/situ) dan pantai wisata. Semua objek lokasi itu, berbeda-beda jumlah titik pantaunya pada masing-masing kota, tergantung pada kategori kota, peserta baru dan lama, serta pernah tidaknya mendapat Adipura.

Oleh pemerintah kota yang serius, seluruh lokasi itu disulap habis-habisan --terlebih lagi menjelang turunnya tim penilai. Tak ada lagi sampah, tak ditemukan lagi rumput liar, tak tercium lagi bau, peneduh ditutupi dengan penghijauan, hanya demi mendapat nilai setinggi-tingginya. Karena itu wajar bila warga kota itu sendiri bertanya-tanya ketika kotanya mendapat Adipura. Kok bisa ya..., padahal banyak sampah di lokasi itu, di tempat ini, di sana, di sini, dan sebagainya. Dan kecenderungannya, yang bersih itu pusat kota, bukan pinggiran kota, karena lantaran lokasi yang dipantau memang terpusat di sana. Sampai-sampai warga yang skeptis dan apatis, menyebutkan Adipura ini sebagai Adipura-pura.

Kekurangan lain yang patut disebut adalah parameter penilaian
itu sendiri, yang memang membingungkan tim penilai. Misalnya, pohon peneduh lebih dihargai tinggi ketimbang penghijauan berupa penanaman bunga atau kembang. Padahal, tidak semua orang suka menanam pohon, dan memilih memelihara bunga. Belum lagi soal hutan kota yang kategori lokasinya diterjemahkan berbeda oleh tim penilai. Contohnya, di kota A sebuah lokasi dianggap hutan kota, sedangkan di kota B malah menjadi taman kota.

Kedisiplinan dan kepahaman tim penilai terhadap objek yang dinilainya, juga memengaruhi nilai yang diberikan. Bahkan standar nilai --baik tertinggi maupun terendah-- yang diberikan masing-masing tim, tidak punya keseragaman. Bisa jadi Tim A memberi nilai tertinggi 100, sedangkan Tim B memberi nilai 95, Tim C bersepakat point tertinggi 90 di setiap kota yang
dipantaunya. Hasilnya, beruntunglah kota yang dipantau oleh Tim A.

Masih banyak sebenarnya kekurangan dalam penilaian Adipura ini. Dan kekurangan-kekurangan itu terus dievaluasi dan direkomendasikan oleh tim penilai yang terdiri dari unsur KLH, Bapedalda, pers, LSM dan akademisi untuk diperbaiki. Yang paling mendesak adalah tidak lagi memberitahukan kepada Pemkab/Pemko, soal kapan tim akan turun menilai ke kotanya. Dan titik pantau yang akan dinilai, ditetapkan oleh KLH yang dipilih secara acak, bukan lagi lokasi yang diajukan Pemko/Pemkab setempat.

Dengan dilakukannya perbaikan secara terus menerus terhadap sistem penilaian ini, Insya Allah tujuan Adipura mendorong pemerintah daerah (kabupaten/kota) untuk mewujudkan kota bersih dan teduh (clean and green city) dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup
yang baik, dapat diwujudkan.

Di tingkat Pemkab/Pemko, harus terus menjadikan kebersihan sebagai kesadaran kolektif. Sehingga tidak lagi ada perasaan bahwa Adipura hanya merupakan kebanggaan pemerintahan setempat dan menjadi incaran demi prestise keberhasilan kepemimpinan walikota atau bupati semata.

Sekali lagi.., selamat atas kota yang telah mendapat Adipura dengan segala cara, daya dan upaya. Semoga spirit Adipura bukan hanya ada di dada pemerintahannya, tapi harus menjadi bagian di diri masyarakatnya. (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 1:10 PM   7 comments
16 June 2006
A Nan Takana
Photobucket - Video and Image Hosting

TANPA saya duga, tembakkan postingan berantai 4 Things yang kini memenuhi berbagai blog, ditembakkan juga ke saya. Yang bikin kaget, sebelumnya "pekerjaan rumah" 4 Things ini telah saya bikin di my baby blog atas "timpukan" Nunieq, yang saya lemparkan kembali rekan blogger lainnya, seperti Etna, Dayu, Ciplok dan Ayah Nabilla.

Busyetnya, si dodol yang merampungkan tugas berantai itu, balik menembakkan ke saya. Katanya, harus diposting juga di blog saya ini. Karena apa yang telah ada di blog Valdisya, diatasnamakan bundanya, bukan sang ayah yang notabene adalah admin dari blog si cantik itu. Ya udah, saya harus memenuhi kewajiban dunia blogger ini.

Yang jadi masalah, dari point-point yang mau diisi --yang entah secara kebetulan ada nuansa Kato Nan Ampek dalam adat Minang-- dengan 4 item per point-nya seperti 4 kerjaan yang pernah dilakukan, 4 film yang tak bosan-bosannya ditonton, 4 lokasi yang pernah didiami dan sebagainya, terang saja membuat saya harus memutar kembali ingatan yang tersisa tentang item-item yang harus diisi itu.

Akhirnya, dengan meminjam judul buku "A Nan Takana, Memoar Seorang Wartawan Penulis" karya H Marthias Dusky Pandoe, saya isikan item-item itu didasarkan pada apa yang saya ingat (A Nan Takana).

* 4 Pekerjaan Nan Takana
        1. Wartawan freelance di Sumbar Mandiri, Padang --> Maret-Des 2001
        2. Wartawan Riau Mandiri, Pekanbaru --> April-Juli 2002
        3. Wartawan Posmetro Padang --> Agustus 2002-Juli 2005
        4. Redaktur Posmetro Padang --> Juli 2005-sekarang.
* 4 Film Nan Takana ditonton berulang-ulang
        1. Titanic yang disutradarai James Cameron --> mengangkat kisah tragedi maritim terbesar yang pernah terjadi dengan konsentrasi jalan cerita terletak pada konflik para penumpang. Haru biru kisah percintaan Rose De Witt Bukater (Kate Winslet) dengan Jake Dawson (Leonardo DiCaprio) yang berujung tragis dengan tenggelamnya kapal Titanic.
        2. Vertical Limit yang disutradarai Martin Campbell --> menampilkan adegan seru sebuah pendakian Gunung Himalaya, yang menewaskan ayah dari Peter Garret (Christ O'Donnell) yaitu Stuart Wilson (Scott Glenn). Tidak cuma sampai di situ, 3 tahun kemudian adiknya, yang diperankan
Robin Tunney terjebak dalam pendakian serupa yang mengharuskan Peter Garret harus menghilangkan traumanya untuk menyelamatkan adiknya.
        3. Finding Nemo yang disutradarai Andrew Stanton --> berkisah tentang hubungan bapak-anak dari jenis ikan clown, Marlin (Albert Brooks) dan Nemo (Alexander Gould). Marlin, yang "istrinya" meninggal saat Nemo masih jadi telur, khawatir banget ketika Nemo masuk sekolah pertama kali. Maklum, selama ini Nemo selalu tinggal dalam perlindungannya. Marlin tidak pernah mengizinkan anaknya itu berenang ke laut lepas. Sikap over-protective itu membuat Nemo kesal dan ingin membuktikan bahwasannya dia
sudah boleh dipercaya. Dia nekad berenang sendiri ke laut lepas. Malang, Nemo ditangkap seorang penyelam yang ingin menyimpan ikan-ikan kecil dalam akuariumnya. Terpisahlah bapak dan anak itu.
        4. Valiant yang disutradarai Gary Chapman --> sebuah film animasi apik yang menceritakan tentang kepahlawanan seekor burung merpati. Kisahnya bersetting pada masa Perang Dunia II, dimana sekawanan burung merpati sengaja dilatih oleh militer Kerajaan Inggris untuk mengantarkan pesan-pesan rahasia. Misi yang mereka emban cukup berbahaya, yaitu melintasi rute wilayah pertahanan musuh.

* 4 Acara TV Favorit Nan Takana
        1. Fenomena --> Trans TV
        2. Extravaganza --> Trans TV
        3. Who Wants To Be a Millionaire --> RCTI
        4. Liputan 6 --> SCTV
* 4 Tempat Domisili Nan Takana
        1. Pekanbaru, Riau --> 1977-1984
        2. Pariaman, Sumbar --> 1984-1985
        3. Pekanbaru, Riau --> 1985-1996
        4. Padang, Sumbar --> 1996-sampai skrg
* 4 Makanan Favorit Nan Takana

       
1. Nasi Ramas Ajo Lolong
        2. Ayam Batokok Lubuk Idai
        3. Gulai Gajeboh Lamun Ombak
        4. Gulai Jengkol Rang Rumah

* 4 Web Nan Takana Dibuka Tiap Hari
        1.http://ayahdisya.blogspot.com
        2.http://valdisya-azzahra.blogspot.com
        3. blog kawan-kawan   
        4.http://www.mapalaunand.com
* 4 Blogger Nan Takanai untuk melanjutkan postingan berantai ini
        1.http://mentaree.blogspot.com/
        2.http://srisusanti.blogspot.com/
        3.http://myamazelife.blogspot.com/
        4.http://putirenobaiak.ebloggy.com/

Tugas selesai...!!! (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 11:19 AM   6 comments
13 June 2006
Menunggu PAN Jadi Macan Ompong
Photobucket - Video and Image Hosting

Walikota Padang, Drs H Fauzi Bahar MSi akhirnya terpilih sebagai Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Padang dalam Musda yang digelar 10-11 Juni lalu. Kemenangannya ini sudah diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya
oleh berbagai kalangan, mengingat begitu bernafsunya dia memimpin partai berlambang matahari terbit itu.

Itu wajar, mengingat PAN adalah salah satu partai yang punya perolehan suara cukup signifikan di Kota Padang dan berhak mencalonkan walikota-wakil walikota pada Pilkada Kota Padang yang digelar pada akhir 2008 mendatang. Dengan "menguasai" PAN, maka lempanglah jalan Fauzi untuk maju kembali sebagai orang nomor satu di kota bingkuang ini.

Terpilihnya Fauzi, menyisakan kehakwatiran bagi kelangsungan peran Fraksi PAN di DPRD Padang. Kekritisan wakil rakyat dari fraksi itu selama ini terhadap kebijakan yang dijalankan Pemko, diyakini bakal lenyap. Gimana mo ngritik, wong Wakonya boss sendiri...

Pengalaman sudah membuktikan serupa itu. Ingat, ketika Soeharto jadi presiden, dia di-back up Golkar, Gus Dur didukung habis-habisan oleh PKB, Megawati dibela mati-matian oleh PDI-P dan kini Partai Demokrat masang badan buat SBY. Dan wajar bila Fauzi bakal dijaga dan dibela --meminjam jargon yang bersangkutan-- oleh PAN. "Right or wrong, dia tuh boss gw!!!" bela mereka.

Dampaknya, bisa jadi kehidupan berlegislasi di DPRD Padang makin ramai. Karena fraksi lain dipastikan memosisikan diri sebagai oposisi dan berhadapan dengan F-PAN. Sebuah demokrasi yang wajar. Namun patut diingat, sedapatnya F-PAN harus berpegang teguh pada filosofi Minangkabau, "tibo di paruik ndak dikampihan an, tibo di mato ndak dipiciang an" (tiba di perut tak dikempiskan, tiba di mata tak dipejamkan). Atau kerennya, katakan salah itu salah, walaupun menyakitkan!!

Apakah bisa? Hanya waktu yang kan menjawabnya. Jika F-PAN tak bisa mereposisi diri sebagai reformis yang siap mengkritik dan dikritik, maka tunggu saja PAN bakal ditinggal konstituennya. (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 3:43 PM   8 comments
08 June 2006
Gempa 4,7 SR, Getarkan Padang
Photobucket - Video and Image Hosting

DI tengah isu tsunami yang menyebar ke masyarakat bakal terjadi pada 7 Juni kemarin, warga Kota Padang dikejutkan dengan gempa berkekuatan 4,7 SR pada pukul 15.22 WIB. Sehingga kekhawatiran isu itu akan menjadi nyata, sempat bikin panik sebagian warga.


Syukurnya "mimpi buruk" tersebut tidak menjadi nyata, lantaran gempa yang terjadi kali ini tidak berada di dasar laut dan kekuatannya relatif kecil untuk mendatangkan tsunami.

Dari situs resmi BMG dan pernyataan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang, Soemarso, gempa ini berpusat di darat 98 km tenggara Kota Padang pada latitude (lintang selatan) 1.52 dan longitude (bujur timur) 101.01.

"Episentrum gempa berada di Bukit Barisan, sekitar Kerinci, Jambi pada kedalaman 33 km. Dengan adanya gempa itu, bukan berarti berkaitan dengan aktivitas Gunung Kerinci. Karena gempa ini jenis tektonik akibat pergerakan patahan simangko yang melintasi Pulau Sumatera," jelasnya.

Disebutkannya, getaran gempa dirasakan di Kota Padang dengan skala III MMI (Mercalli Magnitudo Intensity) dan I-II MMI di Padang Panjang. Sementara getaran cukup kuat dirasakan di Pesisir Selatan dengan kekuatan III-IV MMI.

Sementara itu, sejak Minggu (4/6) hingga Senin lalu (5/6), sempat beredar isu bahwa akan ada gempa dan tsunami dahsyat tanggal 7 Juni 2006. Isu lewat SMS dan Yahoo! Messenger ini mencatut nama beken kantor berita CNN. Isu lewat SMS dan Yahoo! Messenger itu bertuliskan sebagai berikut: "Menurut CNN, disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di Australia sedang bergerak ke utara menuju Asia. Diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di selatan pulau Jawa. Diperkirakan 11 hari setelah gempa Jogja, atau Rabu besok (7 juni) akan ada gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. Mohon doanya and please forward ke temen-temen lain, jangan sampai putus di tangan kamu."

Isu ini, sampai-sampai menjadi salah satu pokok pembahasan dalam Rapat Terbatas (Ratas) kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Presiden, Selasa sore (6/6). Menurut Menhub, Hatta Rajasa di situs http://presidensby.info, isu tersebut tidak berdasar. Sejak terjadinya gempa tektonik di Yogya dan Jateng, mulai 27 Mei hingga 6 Juni data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan tren gempa sangat menurun.

"Sehingga isu-isu akan terjadinya kembali gempa besar disertai tsunami itu tidak disertai atau diikuti data-data ilmiah," kata Hatta Rajasa pada penjelasan persnya usai mengikuti Ratas.

Dengan banyaknya isu-isu tidak berdasar itu, masyarakat diminta tidak menanggapinya. Misalnya, isu di Jakarta akan terjadi gempa besar disusul tsunami dan sebagainya. Walaupun Indonesia ini rawan gempa, ujar Hatta, namun masyarakat hendaknya hanya menyimak informasi-informasi mengenai gempa yang selalu dikeluarkan baik oleh BMG maupun Direktorat Geologi dan Vulkanologi, di bawah Departemen ESDM dan BPPT. (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 2:55 PM   7 comments
05 June 2006
Tak Mau Sepi...
Photobucket - Video and Image Hosting

angin merasa sepi karena panas mengusap derunya
dan dedaunan mulai berdebu karena tak ada lagi hujan yang mengguyurnya
bunga berguguran kehilangan makna

aku terpagut kedinginan ditinggal mentari
sepi menjadi mainanku hari ini
di sini aku kini, menanti angin, menunggu hujan, berharap mentari
agar tak mati rasa di hati

dedicated to: "yg tau lapar aja deh.."

 


Read more!
posted by Maryulis Max @ 9:03 AM   4 comments
02 June 2006
Selamat Jalan, Bang!!!
Photobucket - Video and Image Hosting

INNALILLAHI Wa Innaillaihi Roji'un. Drs H Irawadi Uska BAc telah berpulang ke rahmatullah. Dia meninggal dunia di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta, Kamis (1/6) sekitar pukul 00.30 WIB.

Mendengar kabar duka ini, terus terang saya terkejut. Karena selama ini yang saya tahu dia sehat-sehat saja. Kalau pun sakit, Codot berusaha menyembunyikannya. Justru istrinyalah, Hj Ellyta yang selama ini harus berjuang dengan penyakit yang dideritanya.

Tapi bisa jadi kepergiannya yang serba mendadak ini --karena sakit jantung yang menderanya--, terkait juga dengan kebiasaan buruknya yang sehari menghabiskan minimal 2 bungkus Gudang Garam Surya dan kegemarannya ngopi. Namun begitu, soal ajal, kuasa Allah sepenuhnya.

Irawadi Uska yang lebih tenar dengan panggilan Codot, saya kenal dan mulai dekat --walaupun sudah sebelum-sebelumnya sudah tahu dengan dia-- ketika dirinya ikut meramaikan pesta demokrasi pemilihan walikota Padang pada awal 2003. Kendati pada akhirnya dia tersingkir dari pencalonan, lantaran tidak ada satupun fraksi di DPRD Padang yang mengusulkannya.

Hubungan kami terus berlanjut, layaknya ayah dengan anak, abang dengan adik. Kendati terpaut umur cukup jauh --usianya sepantaran ayah saya--, saya biasanya memanggil Abang kepadanya. Dari sebegitu banyak relasi yang saya kenal, Codot adalah salah satu relasi yang lumayan dekat dengan saya. Berkali-kali dia mengontak, apabila ada info terbaru yang layak diberitakan.

Tak hanya itu, Codot tak segan-segan untuk mengajak ke lapangan guna memperlihatkan realita yang terjadi di tengah masyarakat. Dari fakta dan data valid yang dipunyanya, dia berani angkat bicara. Codot tak pernah segan untuk menyampaikan isi kepalanya, kendati itu harus bersinggungan dengan pengambil kebijakan. Tapi, itulah dia, berani dan keras kepala.

Kevokalan Codot terlihat jelas ketika dirinya dipercaya sebagai wakil rakyat di DPRD Padang (1987-1997) maupun di DPRD Sumbar (2004-hingga akhir hayatnya). Di balik kevokalannya, Codot menyimpan sisi kemanusiaan yang tak banyak diketahui orang. Dia tak segan-segan mengorbankan harta bendanya bagi kaum papa. Bahkan satu komunitas nelayan pun dibinanya untuk hidup lebih baik dengan menggunakan apa yang dimilikinya, termasuk mengandalkan kemampuan lobinya.

Namun di balik semua itu, sebagai politikus, dia tak jarang harus kecewa menjadi korban permainan politik. Salah satu yang mungkin dirasakannya sangat mendalam, ketika dirinya dijegal untuk maju sebagai kandidat wakil gubernur dari Partai Demokrat Sumbar yang dipimpinnya. Dia mengaku dikadali rekan-rekannya. Sebagai pengobat hati, kepada saya Codot bilang, "ndak ambo pikiaan bana tu doh". Walau saya tahu, hatinya terluka karena itu.

Kini dia pergi.., dengan beberapa bengkalai yang mesti diselesaikannya. Di antaranya mewujudkan Minang TV mengudara di jagad pertelevisian Sumbar dan meneruskan roda kepemimpinan Partai Demokrat Sumbar yang masih dipegang Plt ketua, pasca kisruh Musda yang digelar awal Januari lalu di Bukittinggi.(***)


Berikut ini tulisan saya tentang Codot yang pernah
diterbitkan POSMETRO PADANG beberapa waktu lalu.

Dari Lapangan Bola, Ke Panggung Politik

SIAPA yang tak kenal dengan Pele. Pemain sepakbola Brazil yang melegenda itu, ternyata juga sukses menapak karir di "dunia lain". Dia dipercaya sebagai Menteri Olahraga negara penghasil kopi tersebut. Hal serupa juga dijabani mantan kapten kesebelasan Malaysia, So Chin An. Karena aktif di UMNO, dia akhirnya ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan negeri jiran tersebut.

Dalam skala lokal Sumbar, hal serupa juga terjadi pada mantan pesepak bola PSP Padang era 80-an, Codot. Pemilik nama asli Drs H Irawadi Uska BAc itu, ternyata tidak hanya ngetop sebagai goal getter PSP, tapi juga ngetop di panggung politik. Pernah menjadi anggota DPRD Kota Padang selama 2 periode (1987-1997), dan kini menjadi anggota DPRD Sumbar 2004-2009, Codot adalah sebuah fenomena lokal, bahwa "bola" bisa diarak dari lapangan ke panggung politik.

"Untuk mencetak gol, kini harus melalui sistem jemput bola. Begitu pula --seharusnya-- dengan orang politik. Jangan menunggu "bola", tapi jemputlah "bola" untuk mengetahui persoalan-persoalan apa saja yang sebenarnya tengah terjadi di masyarakat dan patut diperjuangkan," begitu katanya.

Sebagai pemain bola, Codot mengawalinya dengan bermain di PSP Yunior pada tahun 1968. Kelincahannya mengutak-atik "si kulit bundar" dan menjebloskannya ke gawang lawan, membuat dia dipromosikan ke PSP Senior. Di sinilah bintang terang semakin menyinarinya sebagai pesepak bola dan sempat melanglang buana membela PSP melawan kesebelasan Malaysia dan Thailand. Di kancah Divisi Utama Perserikatan, bersamanya PSP pun sempat menuai prestasi 12 besar nasional.

Codot telah mulai bermain bola ketika masih kanak-kanak. Di tahun 60-an, anak-anak bermain bola dengan bola karet, semacam bola yang terbuat dari getah karet yang diisi daun kerisik. Mereka bermain di mana saja, di halaman rumah, di pojok jalan, di taman-taman kota. Begitu pula dengan Codot. Dia pernah mengikuti pertandingan antar sekolah rakyat (SR). Bakatnya mulai kelihatan sebagai pemain bola sehingga dia terpilih jadi pemain inti di sekolahnya, sampai ketika dia kuliah di perguruan tinggi.

Hebatnya, Codot bukan hanya handal menggiring bola, waktu kanak-kanak dia pernah pula menjadi penyanyi band bocah "Umbuik Mudo" pada tahun 60-an. Bahkan dia pun seorang penari cilik ketika itu.

Dari perawakannya yang kecil mungil, orang tidak akan menduga bahwa Codot mampu menciptakan gol-gol yang manis dan menggetarkan gawang lawan. Tatkala di SMA, waktu kesebelasannya mengikuti Festival Kesenian dan Olahraga (Festikora) yang diikuti seluruh pelajar se-Sumatera Barat, tercipta 35 gol. Dan 19 gol di antaranya, tercipta dari kaki emas Codot. Sisanya diciptakan pemain-pemain lainnya.

Di bawah bimbingan pelatih PSP, Adnan Jamil, kepiawaian Codot semakin terasah dan sempurna. Meski bermain pada posisi sayap kiri, tapi anak dari Direktur SMAN 1 Padang, Usman Kagami (alm) dan Marlis Uska itu, tidak jarang turun ke bawah untuk menjemput bola lantas menggiringnya ke lini tengah hingga mulut gawang lawan untuk dilesakkan menjadi gol.

Karena prestasinya di sepakbola, Codot diterima bekerja di BNI 1946 pada 1970. Dua dunia berbeda dijalaninya sekaligus. Bahkan dia pun mulai meniti karir di politik dengan aktif di sejumlah organisasi kepemudaan termasuk partai politik.

Pada 1977, Codot dibawa Syahrul Udjud (mantan walikota Padang-red) untuk berkampanye dengan Golkar. Sebagai "orang baru", tentu saja Codot "manggaretek" ketika harus tampil berbicara sebagai Jurkam (juru kampanye) Golkar di hadapan massa partai berlambang pohon beringin tersebut. Tapi, bukan Codot namanya bila dia tidak mampu menguasai medan. Dan buktinya, pada masa kampanye 5 tahun berikutnya (1982-red), dia malah menjadi orator ulung dan singa podium dalam menyampaikan "janji-janji politik" yang begitu memukau audiens yang mendengarnya.

Keaktifannya di Golkar, akhirnya mengantarkan suami tercinta dari Hj Ellyta itu ke gedung rakyat. Dia terpilih sebagai anggota DPRD Kota Padang. Tidak hanya sekali, tapi dua kali berturut-turut, periode 1987-1992 dan 1992-1997. Sebagai anggota dewan, ayahanda dari Ira Febriani Irawadi Uska SE dan Ike Elvia Irawadi Uska SS tersebut, tidak segan-segan mengkritik "guru politiknya", Syahrul Udjud yang ketika itu menjadi walikota Padang.

"Dia memang pemain bola. Dan politik dilihatnya seperti bola," komentar Syahrul Udjud saat itu.

Kritik yang disampaikan Codot bukanlah asal-asalan. Biasanya untuk mengkritik melalui pidatonya di sidang paripurna, dia harus membaca berbagai referensi, baik itu aturan hukum maupun fakta sosial yang dilihatnya langsung dari kunjungan-kunjungan yang dilakukannya ke berbagai lokasi, seperti pasar, kampung dan tempat lainnya.

Usai menjadi wakil rakyat, lelaki yang mendirikan Wirid Remaja Sumatera Barat bersama Jisman Dt P Simarajo, Amir Kopa (alm), Asril Syam BSc (alm) dan Djamaluddin Djamil pada 1978 itu, kembali fokus ke pekerjaannya sebagai karyawan BNI. Bahkan dia dipercaya sebagai kepala cabang BNI Pariaman.

Seiring dengan berhembusnya angin reformasi yang tidak membolehkan PNS aktif di Parpol, Codot terpaksa fokus pada pekerjaannya tersebut hingga akhirnya dia pensiun pada 2003. Lepas pensiun per 1 Juni 2003, ternyata naluri berpolitiknya mengantarkan dia kembali ke "habitat keduanya" itu. Dia diminta mengkonsolidasi orang-orang yang ada di Ranah Minang ini untuk bergabung di Partai Demokrat yang didirikan Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu masih menjabat sebagai Menko Polkam.

Naluri politik Codot bergerak, begitu dia melihat peluang. Segera saja dia menghubungi teman-temannya, hingga akhirnya dia dipercaya memimpin Partai Demokrat Sumbar. Siang malam Codot dan kawan-kawannya menjelajahi kota dan kabupaten di Sumbar. Nyaris tiada hari untuk istirahat, kadang tidur dalam perjalanan.

"Hari ini saya di Padang, besok mungkin saya kampanye di Pasaman. Pagi ini saya di Padang, siangnya saya memberikan pengarahan ke kader-kader Partai Demokrat yang ada di Kota Bukittinggi. Belum habis rasa lelah saya ketika sampai di rumah, DPP Partai Demokrat memanggil saya ke Jakarta," cerita Codot soal romantika kampanye Pemilu 2004 lalu.

Namun berkat kegigihan Codot yang tak kenal menyerah, Alhamdulillah Partai Demokrat di Sumbar meraih suara yang mencengangkan semua orang. Sedikitnya 28 orang kader partainya itu mendapatkan kursi DPRD di kabupaten/kota dan provinsi dan satu orang untuk DPR RI. Partai Demokrat Sumbar pun punya andil besar terhadap terpilihnya SBY sebagai presiden dan Jusuf Kalla sebagai Wapres periode 2004-2009.

"Semuanya adalah rahmat Allah SWT. Segala cobaan yang saya alami, saya terima dengan ikhlas. Dan nikmat yang dilimpahkan kepada saya, saya syukuri.
Lain syakartum laazidanakum wallain kafartum inna Zabilashadiit (apabila engkau pandai mensyukuri nikmat yang Aku berikan, maka Aku tambah. Dan apabila engkau kufur akan nikmatku, maka tunggulah azab-Ku yang amat pedih-red)," kata Codot menyitir sebuah ayat Al Qur'an.(***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 10:16 PM   2 comments
01 June 2006
Birokrasi Sialan
Photobucket - Video and Image Hosting

ASTAGHFIRULLAH. Ibarat pepatah, "alah jatuah tatimpo tangga pulo". Demikian yang terjadi pada saudara kita di Yogya dan sekitarnya. Betapa pedihnya penderitaan mereka. Tak hanya karena ulah alam, mereka pun harus menghadapi ulah pemerintah yang masih saja belum berubah. BIROKRASI SIALAN!!!

Soal ini, semua kita tahu. Baik dari membaca koran maupun menonton televisi. Ternyata, kondisinya memang jauh lebih parah dari itu.

Saya sempat chatting sama Mbak Fanya Ardianto dan Mbak Yuni Ambarwati, soal kondisi terkini di Yogya. Kata mereka, korban gempa yang masih hidup kini sangat kelaparan. Busyetnya, untuk mendapatkan bantuan harus melengkapi persyaratan. Salah satunya KTP dan Kartu Keluarga. Apa mesti mereka membongkar habis reruntuhan rumah mereka guna mencari KTP dan KK itu? Wong pemerintah saja, sampai kini belum berhasil membersihkan puing-puing yang berserakan tersebut.

Di satu sisi, njelimetnya aparatur pemerintahan dalam menerapkan persyaratan tersebut, bisa jadi karena kekhawatiran mereka tidak meratanya bantuan yang diberikan atau takut ada korban gempa yang akan berkali-kali mengambil bantuan. Naif. Di saat kondisi tak menentu seperti ini, masih saja berpikiran serupa itu. Maka wajar bila para korban mulai beringas, karena mereka lapar.

Kalau memang pemerintah serius untuk menangani korban gempa ini, sudah saatnya mereka berganti paradigma. Meminjam istilah Mas Kere Kemplu, jangan lagi pertahankan Trisila Birokrasi: "kalau bisa lama kenapa mesti cepat, kalau bisa mahal kenapa harus murah, kalau bisa susah kenapa kudu dibikin gampang ..."

Kepercayaan masyarakat kepada pemerintah --yang sudah babak belur sejak dulu--, dipertaruhkan di sini. Sudah saatnya memperbaiki diri bangsa(t)ku!!!


Read more!
posted by Maryulis Max @ 9:27 PM   0 comments
Blog Valdisya
Photobucket - Video and Image Hosting

Singgah ke My Baby Blog Klik disini Ngeliat Foto Disya Klik Ini

Tulisan Sebelumnya
Brankas Arsip
Singkap Blog
Mitra Blog

Free Blogger Templates

BLOGGER

BlogFam Community

Free Shoutbox Technology Pioneer

Photobucket

Image hosting by Photobucket

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Linda

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Photobucket

AddThis Social Bookmark Button

Sedang Dibaca

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Lihat koleksi buku saya disini

Asal Pengunjung

Copyright © Kumpulan Tulisan & Pemikiran | Editor - Maryulis Max | Disain : Yonaldi