It's Me

Name: Maryulis Max
Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
About Me: Saya mencoba untuk menuliskan apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Insya Allah bermanfaat bagi kemanusiaan...
See my curiculum vitae
Komunitas Kampuang

Photobucket - Video and Image Hosting

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Ketik: sumbar dan kirim ke 7505, dari semua operator cellular di Indonesia. Dengan begini anda sudah menyumbang sebesar Rp. 6000.

Jejak Blogger

Free Web Counter

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Penghargaan

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Pernah Sato Sakaki

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Lomba Hut ke-3 Blogfam

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 

61

Peserta Lomba Hari Kartini 2006

MyBlogLOG


Komen Terbaru


Banner Ambo

Maryulis Max Blog

 


22 May 2007
Rohana Kuddus
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Wartawan Perempuan Pertama itu Diusulkan Jadi Pahlawan

TAK banyak yang tahu siapa gerangan Rohana Kuddus. Menyebut namanya, di tingkat lokal (Sumbar-red), orang hanya tahu nama itu melekat sebagai nama jalan, nama gedung, nama usaha kripik balado di Kota Padang, dan sebagainya. Soal kiprahnya? Hanya segelintir yang tahu, itupun mungkin tidak persis detilnya.

Ternyata, wanita penyandang nama Rohana Kuddus ini, betul-betul amazing (luar biasa) untuk eranya --dan juga mungkin untuk era sekarang--, bila melihat kiprah hidupnya. Lahir di Kotogadang, Bukittinggi pada 20 Desember 1884, Rohana ternyata memang --meminjam istilah zaman sekarang-- perempuan multidimensi. Kok?

Anak sulung pasangan Moehammad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam ini, ternyata bukan hanya tercatat sebagai wartawan perempuan pertama Indonesia saja dengan mendirikan surat kabar Soenting Melajoe. Menjadi Pemred (pemimpin redaksi) pula. Dia juga menjadi pelopor pendidikan dengan mendirikan sekolah keterampilan Kerajinan Amai Setia yang merupakan permulaan industri rumah (atau bahasa kerennya home industry) di Minangkabau dan penggerak politik politik perempuan pertama di ranah Minang.

Bayangkan. Betapa hebatnya kakak tiri St Sjahrir (perdana menteri pertama RI) ini. Di saat yang lain belum melek membaca alias buta aksara, dia sudah tampil sebagai "guru kecil" di usianya yang masih 8 tahun di tahun 1892. Kepadanya, rekan-rekan sebayanya belajar bermain sambil membaca.

Di usianya yang matang sebelum dan setelah menikah dengan Abdul Kuddus, melalui perjuangan hidup yang jatuh bangun, mengalami berbagai benturan sosial dengan pemuka agama, adat, dan masyarakat umum, Rohana dipuji dan dikagumi, tetapi sekaligus difitnah dan dicaci maki, sehingga terpaksa meninggalkan kampung halamannya. Dia tetap berjuang, malah mendirikan Rohana School, sekolah kepandaian perempuan di Bukittinggi. Dia pun aktif dalam Partai Pergerakan Bawah Tanah yang menentang kolonial Belanda.

Di saat "perangai" Belanda yang semakin membabi buta, Rohana turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda. Dia berpartisipasi mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan. Dia juga mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukiktinggi melalui Ngaraik Sianok dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang kemudian dibawa ke Payokumbuah dengan kereta api.

Berakhirkah perjuangan ibu dari Djasma Juni ini? Belum. Hingga ajalnya menjemput, dia masih terus berjuang. Termasuk ketika merantau ke Lubuak Pakam dan Kota Medan. Di sana dia mengajar dan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak. Dan Pulkam (pulang kampung) 3 tahun kemudian dengan menjadi redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Cina Melayu di Padang dan surat kabar Cahaja Sumatra.

Begitulah. Perempuan yang wafat pada 17 Agustus 1972 itu mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum hawa yang diperjuangkannya.

Tapi adakah kita tahu lika-liku hidupnya ini? Tidak!! Itu pasti. Padahal Pemrov Sumbar saja pada 17 Agustus 1974 telah menganugerahi dia penghargaan sebagai wartawati pertama. Dan pada Hari Pers Nasional ke-3, 9 Februari 1987, Menteri Penerangan, Harmoko --ketika itu-- telah pula menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Itu sebenarnya belum cukup, mengingat begitu besar jasa-jasanya.

Karena itulah, Himpunan Wanita Karya (HWK) Sumbar bekerjasama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumbar, sedang memperjuangkan Rohana Kuddus untuk menjadi pahlawan nasional. Dia pantas disejajarkan dengan RA Kartini, Dewi Sartika, maupun Maria Walanda Maramis yang memperjuangkan pendidikan perempuan.

Sebagai langkah lanjutan menuju pengakuan itu, HWK dan PWI akan menggelar seminar nasional tentang Rohana Kuddus pada 24 Mei mendatang di Aula Kantor Gubernur Sumbar. Persyaratan lain sebagai persyaratan administrasi meluluskan Rohana sebagai pahlawan juga sudah diretas. Di antaranya penerbitan buku biografinya, dokumennya, rekomendasi dari lembaga terkait, kajian sejarahnya, dan sebagainya. Dan Insya Allah, kita tinggal menunggu, satu lagi barisan pahlawan nasional berasal dari ranah Minang tercinta ini. (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 2:22 PM   6 comments
10 May 2007
Padang Bay Bye
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Apa beda mercusuar dengan proyek mercusuar? Pertanyaan gampang-gampang susah, yang belum tentu semua orang bisa menjawabnya. Tapi kalau sekelumit tanya itu dijawab dengan logika awam, jawabnya simpel saja. Yaitu, belum tentu proyek mercusuar itu adalah proyek bikin mercusuar. Isn't it?

Mercusuar, bangunan tinggi menjulang yang menjadi pedoman nelayan dalam mengarungi lautan. Sebagai navigator untuk menunjukkan arah daratan, guna menyadari keberadaan diri sebenarnya. Proyek mercusuar? Tanyakan saja ke yang proyek...

Yang pasti, belum tentu semua proyek mercusuar akan berguna dan bermanfaat bagi banyak masyarakat. Lain halnya dengan mercusuar yang pasti dibutuhkan semua nelayan.

Begitulah, ketika tiba-tiba muncul wacana Pemko Padang untuk membangun Padang Bay City (PBC) yang kemudian ditambahi dengan kata-kata Nurbaya di belakangnya, sehingga lengkap menjadi Padang Bay City Nurbaya (PBCN). Semua terpurangah, karena proyek ini benar-benar proyek mercusuar yang katanya sebagai trade mark Kota Padang ke depan. Halah!

Sebenarnya bukan itu yang bikin saya (dan sebagian anda) terpurangah. Bayangkan, Pantai Padang yang elok dengan debur ombak Puruih yang kadang menghantam kuat dan kadang bergelombang gemulai, akan disulap dengan pembangunan berbagai fasilitas penunjang yang tentu saja menjulang melebih julangan mercusuar. Apa saja bakal ada di sana dengan mereklamasi pantai ini dengan tanah urug yang didapat dari proyek mercusuar lainnya; pembangunan terowongan Pegambiran-Bunguih sepanjang 6 km. Di sana bakal ada mall, convention centre, dunia fantasi dan sebagainya. Jadilah PBCN itu nantinya sebagai "kota baru" di tepi pantai Samudera Hindia ini. Weeww, hebat!

Tapi perlukah semua ini? Belum tentu. Beda dengan mercusuar yang dibutuhkan nakhoda dan nelayan, proyek mercusuar tersebut belum tentu penting-penting amat. Okelah kalau dikatakan bahwa bangunan-bangunan yang ada di PBCN itu sebagai bumper bila tsunami datang. Tapi sekali lagi, dengan menggunakan logika awam, investor mana yang rela asetnya habis ditelan tsunami? Kalau pun ada asuransi, kira-kira apa ada perusahaan asuransi yang bakal menanggungnya? Karena yang namanya tsunami pasti bakalan terjadi, dan perusahaan asuransi bakal butuh dana banyak untuk menanggung klaim nasabahnya.

Dari perspektif lingkungan, betapa akan terancam keberadaan biota laut. Yang untuk dampak kasus ini, saya tidak berkompeten untuk menjelaskannya, karena bukan ahli lingkungan. Tapi untuk sekali lagi pula, dengan menggunakan logika awam, betapa reklamasi itu akan merubah struktur garis pantai dan mengancam keberadaan biota yang hidup di sepanjang pantai yang dikorbankan untuk PBCN.

Maka hebohlah seantero negeri dengan proyek ini. DPRD, pakar lingkungan, ahli politik yang plintat-plintut, pengamat berotak dangkal yang umumnya menggunakan logika awam --seperti saya--, lalu buka suara. Jadilah proyek ini menjadi ngetop dan terpromosikan melalui polemik yang dibangun media. Hasil akhirnya, heboh tak berkunjung sudah.

Dalam perjalanan waktu, proyek itu diajukan ke DPRD untuk mendapat persetujuan menyusul adanya investor yang katanya berminat sangat membangunnya. Panitia khusus (Pansus) dibentuk. Kajian awal dilakukan dengan "jalan-jalan" ke beberapa departemen di Jakarta. Hasilnya, banyak departemen yang menyarankan tak usah saja, atau kalau mau dipindahkan saja ke lokasi lain. Sekali lagi pula, logika awamnya, kalau dipindah, mana mungkin akan bernama Padang Bay City Nurbaya. Wong tempatnya bukan di situ lagi, yang berdekatan dengan Jembatan Siti Nurbaya, Kuburan Siti Nurbaya di Gunuang Padang dan Pantai Padang yang merupakan satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisah-pisahkan.

Heboh, yang punya proyek tentu ingin bertahan dengan kekukuhan alasan yang tentu saja masuk akal --versinya--, belum tentu masuk akal --logika awam-- seperti saya punya. Perseteruan logika antara legislatif dan eksekutif itu dengan alasan masing-masing yang sama kuatnya, akhirnya berakhir sudah. Pemko melayangkan penangguhan pembahasan lanjutan PBCN ini melalui surat 050.434/PMK/IV/2007 tertanggal 27 April 2007 yang ditandatangani Walikota, Drs H Fauzi Bahar MSi dengan maksud agar Pemko dapat melakukan kajian mendalam atas proyek tersebut.

Berakhirkah proyek ini? Bisa jadi. Karena meminjam kata-kata Ketua DPRD Padang, Hadison SSi Apt, seperti rencana proyek mercusuar yang sudah-sudah --yang juga pernah ditangguhkan pembahasannya, yaitu pengolahan sampah modern di Aie Dingin yang dikerjasamakan dengan Swiss dan rencana peternakan bersama Australia--, tak pernah ada kelanjutannya. Dan bisa jadi proyeknya tetap lanjut, karena Pemko sendiri sedang melakukan kajian mendalam agar tidak lagi mentah di tengah jalan.

Namun yang pasti, beberapa kalangan yang berpikir awam, menjawab penangguhan itu dengan hanya satu kata, "Padang Bay Bye...", (bukan bye bye Padang... ) Sampai jumpa di proyek mercusuar berikutnya, yang insya Allah jauh lebih berguna seperti mercusuar adanya. (max)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 1:27 PM   5 comments
Blog Valdisya
Photobucket - Video and Image Hosting

Singgah ke My Baby Blog Klik disini Ngeliat Foto Disya Klik Ini

Tulisan Sebelumnya
Brankas Arsip
Singkap Blog
Mitra Blog

Free Blogger Templates

BLOGGER

BlogFam Community

Free Shoutbox Technology Pioneer

Photobucket

Image hosting by Photobucket

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Linda

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Photobucket

AddThis Social Bookmark Button

Sedang Dibaca

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Lihat koleksi buku saya disini

Asal Pengunjung

Copyright © Kumpulan Tulisan & Pemikiran | Editor - Maryulis Max | Disain : Yonaldi