It's Me

Name: Maryulis Max
Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
About Me: Saya mencoba untuk menuliskan apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Insya Allah bermanfaat bagi kemanusiaan...
See my curiculum vitae
Komunitas Kampuang

Photobucket - Video and Image Hosting

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Ketik: sumbar dan kirim ke 7505, dari semua operator cellular di Indonesia. Dengan begini anda sudah menyumbang sebesar Rp. 6000.

Jejak Blogger

Free Web Counter

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Penghargaan

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Pernah Sato Sakaki

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Lomba Hut ke-3 Blogfam

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 

61

Peserta Lomba Hari Kartini 2006

MyBlogLOG


Komen Terbaru


Banner Ambo

Maryulis Max Blog

 


23 October 2007
Jumpa ES Ito
Misteri Penulis Misteri

ES. ITO lahir pada seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya adalah seorang petani, bapaknya adalah seorang pedagang.”

Hanya itu sekilas informasi yang tertera di novel “Negara Kelima” dan di novelnya yang terbaru “Rahasia Meede”. Misterius sekali, sama dengan setting misteri yang mewarnai karya tulisnya itu.

Kemisteriusan siapa gerangan pengarang ini, nyaris terkuak ketika saya mendapatkan link ke blognya. Harapan saya bakal ada tertulis detail lengkap mengenai dia di profil blognya itu. Tapi sama saja, dia tetap menerakan kata-kata di atas, singkat, padat, dan mengundang tanya.

Kendati tidak mendapat jawab atas tanya yang terus menggelayut soal identitas penulis novel genre sejarah yang menakjubkan itu, saya terus terang merasa bangga atas kemunculannya, terutama karya pertamanya “Negara Kelima” terbitan PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta pada Oktober 2005. Buku itu baru saya baca pada awal September 2007, setelah membelinya di Toko Buku Togamas, Yogyakarta pada akhir Juli lalu. “Perkenalan” saya atas karyanya itu, berkat provokasi rekan saya, yang menyebutkan buku “Negara Kelima” ini sangat bagus karena berkait erat dengan Minangkabau.

Saking tertariknya dengan jalan cerita “Negara Kelima”, saya yang biasanya butuh waktu berminggu-minggu untuk menuntaskan membaca buku yang tebalnya bisa sebagai pengganti batal, kali ini hanya butuh waktu 4 hari untuk menamatkan buku setebal 518 halaman tersebut. Dan dalam waktu singkat, saya lantas membikin resensinya yang telah saya muat di blog buku saya.

Kebanggaan saya semakin bertambah, ketika mendapat informasi dari teman saya bahwa ES Ito ini adalah orang Minang. Pantas saja dia dengan fasih menceritakan tentang tambo Minang di buku “Negera Kelima”. Maka atensi dan apresiasi saya buat kehadiran karya dia selanjutnya semakin besar. Dan syukurnya masuk pula informasi terbaru bahwa novel keduanya “Rahasia Meede” bakal terbit di akhir September. Saya menunggu kehadiran buku itu dengan pesimis, karena untuk Kota Padang, kedatangan buku baru biasanya butuh waktu lama. Di saat pembaca-pembaca di daerah lain sudah bisa mendapatkan di awal-awal penerbitan, kami yang di Padang, paling cepat sebulan setelah terbit baru bisa menjumpai bukunya di etalase toko buku besar di kota ini. Sungguh… saya tidak sabar, terlebih setelah saya membaca review buku ini di blog ES Ito.

Senin siang (22/10), entah “malaikat” apa yang menggerakkan hati saya untuk main ke TB Gramedia Padang. Tujuan awalnya hanya buat nyari cutter baru yang akan saya pakai buat merapikan sampul plastik yang akan saya sampulkan ke beberapa buku baru yang saya terima dari seorang teman. Tapi, begitu kaki saya langkahkan ke lantai III toko buku itu, pandangan saya mentok ke sebuah buku tebal yang covernya cukup menarik. “Rahasia Meede”, langsung saya comot dan bawa pulang bersama 2 buku lainnya.

Dari Gramedia, saya langsung meluncur ke kantor. Belum lagi sepeda motor saya parkirkan dengan baik, datang panggilan dari Yusrizal KW yang tengah ngopi di kantin kantor. Begitu berada di depannya, “Max, perkenalkan ini ES Ito.” Sungguh saya terkejut dengan kejadian yang serba kebetulan itu. Ya sudah, saya sorongkan saja buku yang baru saya beli untuk ditandatangani si empu karya.

Melalui percakapan yang ngalor-ngidul ke sana kemari, sedikit demi sedikit, terkuaklah siapa ES Ito. Keingintahuan saya terjawab sudah.

Pria yang kini sedang menekuni kuliah di FE UI itu mengakui dirinya adalah putra Minang tulen, kelahiran Magek, Kabupaten Agam yang tak begitu jauh dari Kota Bukiktinggi. Ketika ditanyakan mengapa dia hanya menerakan identitas “ES. ITO lahir pada seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ibunya adalah seorang petani, bapaknya adalah seorang pedagang", lelaki itu hanya tersenyum simpul. Pun tidak ada niat untuknya menjelaskan lebih jauh, karena arah pembicaraan sudah beralih pula pada pola kepenulisannya.

Alumni SMA Taruna Nusantara ini menyebutkan, butuh waktu 2 tahun untuk menyelesaikan karyanya. Dia harus mengejar berbagai referensi yang begitu bejibun guna mendukung karyanya, termasuk melakukan wawancara dengan ahli-ahli sejarah. Untuk dokumen-dokumen penting berbahasa Belanda, dia terpaksa memanfaatkan jasa alih bahasa dari teman-temannya sendiri, karena dirinya hanya menguasai bahasa Inggris. Dia pun harus browsing sana-sini untuk melengkapi data yang dibutuhkannya.

Tatkala saya tanyakan kenapa dia suka benar menulis buku yang begitu tebal, ES Ito menjawabnya secara berfilosofi. “Penulis buku itu ibarat petinju. Petinju yang menang TKO adalah penyair (penulis puisi), petinju yang menang KO adalah Cerpenis, dan petinju yang menang angka adalah novelis. Dan saya adalah petinju yang menang angka,” ujarnya.

Untuk buku “Negara Kelima” yang dicetak 2.500 eksemplar, kata ES Ito, bakal dicetak ulang untuk kedua kalinya. Namun itu menunggu geliat buku “Rahasia Meede” yang dicetak 3.000 eksemplar. Bila permintaan tinggi, dalam waktu dekat buku itu akan dicetak ulang. Sementara untuk karya ketiganya, pria yang mudik lebaran ke Ranah Minang dengan sepeda motor ini mengaku tidak ingin terburu-buru. Paling cepat 2008 mendatang, dia baru akan mulai menulis. Tentang apa, Ito merahasiakannya.

Sementara untuk namanya yang termasuk aneh untuk ukuran orang Minang, ES Ito mengakuinya. Kata dia ES itu adalah singkatan nama dia sebenarnya (yang dimintanya untuk tidak dituliskan). Sedangkan Ito adalah panggilan kesayangannya ketika kecil. Ito dalam bahasa Medan berarti adik. Dia dibesarkan di Magek hingga SMP dan meneruskan SMA-nya di SMA Taruna Nusantara. Namun Ito mengaku tidak berminat untuk meneruskan studinya di AKABRI sebagaimana layaknya siswa-siswa taruna lainnya. Alasannya, “Saya tipikal pembangkang. Tak mau nanti asal nembak orang!” (maryulis max)

Read more!
posted by Maryulis Max @ 7:29 PM   6 comments
08 October 2007
Kabar Pertakut

SUDAH siapkah kita menghadapi tsunami? Jika ditanya kepada walikota Padang, pasti jawabnya sudah. Dan keyakinannya itu sudah berulang kali diungkapkannya di berbagai kesempatan baik di dalam forum nasional maupun internasional. Tapi kalau pertanyaan tersebut ditanyakan ke saya, jawabnya belum.

Saya bukan bermaksud mau berseberangan pendapat dan keyakinan dengan walikota, tapi saya justru menyampaikan apa yang saya lihat, dengar dan rasakan saat gempa berulang kali dirasakan getarannya di kota ini pasca gempa besar dan tsunami Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004.

Hanya beberapa hari setelah gempa Aceh, begitu ada isu gempa dan tsunami, warga langsung kabur ke ketinggian. Lalu cukup lama "diam" tanpa sedikit pun ada goyangan, gempa Nias 28 Maret bikin kaget pula warga Kota Padang di tengah malam. Dan 12 hari kemudian, tepatnya 10 April 2005, gempa besar itu pun mengayun dan menguncang Padang berulang-ulang kali sepanjang malam. Apa yang terjadi? Warga panik alang kepalang dan mencari tempat tinggi setinggi-tingginya, karena ketika itu belum didapat kepastian pusat gempa.

Setelah rangkaian gempa akhir 2004 dan awal 2005 tersebut, Pemko dibantu pemerintah pusat mulai bergiat untuk melakukan langkah antisipasi tsunami. Dan yang paling dikenang tentu saja pelatihan simulasi tsunami untuk lari ke Gunung Pangilun dan jejak yang tertinggal lainnya adalah bertebarannya berbagai baliho besar berisi peta evakuasi tsunami yang kini kondisinya lusuh tak berarti dan tak pernah dilirik warga lagi.

Cuma simulasi dan peta evakuasikah langkah antisipasi itu? Entahlah, cuma yang saya tahu ada sejumlah rencana seperti pelebaran jalan sebagai jalur evakuasi tsunami seperti di Ampang-By Pass yang hingga tulisan ini ditulis belum nampak pengerjaannya. Jalannya masih sempit, kalau kendaraan tumpek-blek, macetnya minta ampun. Lalu ada pula kabar dipasangnya Buoy sebagai peringatan tsunami dini (tsunami early warning system) di tengah lautan, tapi jujur saja alat itu belum berfungsi. Ada pula pemasangan sirene di berbagai daerah pesisir, dan sejauh ini belum pernah dibunyikan sebagai simulasi. Entah mati atau berfungsi, hanya yang punya proyek yang tahu pasti.

Ada pula pejabat yang cuap-cuap, untuk antisipasi tsunami, katanya harus ada perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Mendengar itu, telinga saya panas. Karena namanya musibah tak ada mengenal waktu pendek, menengah dan panjang tersebut. Musibah bisa saja terjadi detik ini, menit ini, jam ini, hari ini, besok hari, minggu ini, bulan ini atau tahun ini, tak ada yang pendek, panjang dan menengah.

Lalu bagaimana? Saya katakan kepada teman yang selalu setia mendengar ceplas ceplos saya, mengantisipasi musibah itu ibarat orang tobat. Kalau memang dapat hidayah, pasti langsung tobat. Tidak mesti menunggu tua dulu, baru tobat. Keburu meninggal bagaimana? Mana bisa tobat dibikinnya.

Begitu juga dengan musibah, karena rencana proyek berjangka-jangka itu, lalu tiba-tiba datang musibah, maka tinggallah wacana dan rencana yang sekedar kata-kata. Tragiskan? Kita mati sia-sia hanya gara-gara wacana dan rencana-rencana yang hanya dibicarakan itu ke itu saja.

Nah kini apa? Bathin saya kembali menjerit. Kenapa? Ternyata secara fisik dan bathin, kita belum pula siap mendengar kemungkinan adanya bencana. Saya tak tahu, apakah rakyat yang belum siap atau pemerintah yang tak mampu (untuk menetralisir panik dan ketakutan warganya). Begitu ada informasi bahwa daerah ini akan dilanda gempa besar setelah berturut-turut disentak gempa sejak 12 September lalu, tanggapan yang terdengar hanya satu. "Jan dipatakuik juo lai...," demikian ujaran yang mengemuka baik dari pemerintah maupun masyarakat.

Dikasih ingat, kok dibilang membikin takut? Ya sudah, karena psikologi sosial kita seperti itu dan cenderung menjadi korban rekayasa sosial untuk stabilisasi kondisi, makanya saya tak mau meneruskan tulisan ini. Kalau saya teruskan, nanti dianggap menyampaikan kabar pertakut dan dianggap mengganggu stabilitas negeri. Padahal saya hanya ingin mengatakan, la tahqaf waa la tahzan innallah maana.... (jangan takut dan jangan bimbang, Allah bersama kita..). Itu saja! (max)

Read more!
posted by Maryulis Max @ 9:46 PM   0 comments
01 October 2007
Gempa Besar Pasti Terjadi

Sudah ada Tiga Gempa Utama

AHLI geologi dari Pusat Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Danny Hilman Natawidjaja menyebutkan kemungkinan gempa besar pasti terjadi di pesisir barat Sumatera. Namun laksana ajal, tidak ada yang tahu kapan itu akan terjadi. Bisa saja terjadi dalam bilangan hari, minggu, bulan atau mungkin tahunan. Namun masyarakat diminta untuk tetap waspada, bukannya panik.

"Kami menyadari informasi ilmiah ini dapat membuat masyarakat yang sudah resah dan panik menjadi bertambah panik. Di lain pihak, menyembunyikan informasi ini pun tidak juga dapat dikatakan bijaksana karena menyangkut keselamatan orang banyak. Harapan kita, informasi ini dapat disikapi dengan arif dan diikuti dengan kewaspadaan serta tindakan yang sebijak mungkin," tulis Danny dalam laporan singkatnya seputar rentetan gempa besar di kawasan Mentawai, Bengkulu dan Sumatera Barat.

Laporan tertanggal 15 September atau 3 hari pasca gempa besar Bengkulu 8,4 SR (versi USGS) atau 7,9 (versi BMG) pada 12 September serta gempa di Pagai Selatan berkekuatan 7,7 SR (versi BMG) atau 7,9 (versi USGS) pada Kamis pagi (13/9) yang telah diperiksa Deputi LPK LIPI Dr Heru Harjono itu dipaparkan kajian ilmiah seputar prediksi ini. Dituliskannya, berdasarkan data seismik dan geologi, gempa berskala magnitudo 8,4 di Bengkulu itu diperkirakan meluluhlantakkan zona batas lempeng di bawah wilayah antara Pulau Enggano dan Pagai seluas lebih kurang 300 x 100 km2 dan menggerakkan bumi di atasnya beberapa meter. Ini lebih kecil dibandingkan gempa Aceh-Andaman pada 26 Desember 2004 yang luas lempeng pecahnya mencapai 1.600 km dan pergerakannya mencapai 30 meter.

"Bidang batas lempeng di sini (Bengkulu-red) miring landai sekitar 12 derajat ke arah timur sehingga pergerakan beberapa meter ke arah barat ini hanya mengangkat dasar laut beberapa puluh sentimeter saja. Inilah penjelasan logis mengapa tsunami yang terjadi tidak besar dan menyebabkan orang hampir tidak mengetahui keberadaannya. Namun dari simulasi model tsunami yang sudah dilakukan, kami memperkirakan tinggi gelombang tsunami di daerah Bengkulu tidak lebih dari 3 meter, sedangkan di Padang yang lebih jauh dari sumber (gempa) hanya kurang dari 1 meter. Hal ini sudah dikonfirmasi oleh laporan saksi mata dan data alat pasang surut," jelas peneliti gempa yang rutin melakukan penelitian di Mentawai itu.

Dipaparkannya, gempa magnitudo 8,4 Bengkulu itu kemudian diikuti banyak gempa susulan yang muncul sambung menyambung di sekitar lempeng yang pecah. Yang mengagetkan, katanya, sekitar 12 jam kemudian, sebuah gempa besar lagi dengan skala magnitudo 7,9 terjadi Kamis pagi di Pagai Selatan. Gempa inilah yang menyebabkan kerusakan di Kota Padang karena jaraknya lebih dekat dari episentrum gempa.

"Dengan demikian, sebenarnya sudah 3 kali terjadi gempa utama, bukan gempa susulan seperti yang disebutkan banyak orang. Yaitu gempa 8,4 Bengkulu, gempa 7,9 Pagai Selatan dan gempa 7,1 di Sipora yang terjadi beberapa jam setelah gempa Pagai Selatan," kata Danny yang saya hubungi via ponselnya Senin malam (1/10).

Lantas apa ancaman dari rentetan gempa utama itu? Danny menjelaskan, dari kajian ilmiah pihaknya, gempa raksasa yang "bertapa" sejak terakhir bangun di tahun 1797 dan 1833 ternyata belum sepenuhnya terusik. Hal ini terlihat dari hasil plotting dari gempa-gempa yang sudah terjadi, dan tampaknya baru melepaskan akumulasi energi yang terkumpul di bagian pinggiran saja. Gempa yang bermula dari kakinya di ujung selatan (Bengkulu-red), sekarang ini terlihat menyebar dan mengepung bagian badan dan kepala "sang raksasa", yakni di bawah Pulau Siberut, Sipora dan Pagai.

"Peta potensi akumulasi energi gempa ini kami dapat dari analisa rekaman data 27 stasiun GPS (Global Positioning System) dan juga data geologi dari terumbu karang. Stasiun GPS ini merekam pergerakan bumi dengan sangat teliti. Apabila pergerakan stasiun GPS ini makin besar dan searah dengan pergerakan tumbukan lempeng Hindia terhadap Sumatera, maka hal ini menunjukkan makin besar juga tingkat kuncian dari batas tumbukan lempeng di bawahnya. Artinya makin besar akumulasi energi regangan yang terjadi," terangnya seraya mengatakan, makin rendah tingkat kunciannya, artinya batas lempeng tersebut makin mudah pecah, jadi wajar saja kalau terlepas lebih dahulu.

Ditambahkannya, proses perambatan gempa-gempa ke arah dan mengelilingi sumber utamanya mengindikasikan kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami yang lebih besar di wilayah Mentawai dan pesisir barat Sumatera sangat tinggi. "Untuk saat ini kita hanya mengatakan 'mungkin'. Namun waktu lebih spesifiknya tetap sukar untuk diprediksi. Bisa dalam hitungan hari, minggu, bulan dan bahkan tahunan," tuturnya.

"Jadi masalah selanjutnya adalah bagaimana merealisasikan tindakan kita secara sportif untuk mengantisipasi bencana ini. Ilmu pengetahuan hanya dapat berusaha membaca tanda-tanda alam, sementara kebenarannya tetap berpulang kepada-Nya," ucapnya. (max)

Read more!
posted by Maryulis Max @ 9:32 PM   4 comments
Blog Valdisya
Photobucket - Video and Image Hosting

Singgah ke My Baby Blog Klik disini Ngeliat Foto Disya Klik Ini

Tulisan Sebelumnya
Brankas Arsip
Singkap Blog
Mitra Blog

Free Blogger Templates

BLOGGER

BlogFam Community

Free Shoutbox Technology Pioneer

Photobucket

Image hosting by Photobucket

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Linda

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Photobucket

AddThis Social Bookmark Button

Sedang Dibaca

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Lihat koleksi buku saya disini

Asal Pengunjung

Copyright © Kumpulan Tulisan & Pemikiran | Editor - Maryulis Max | Disain : Yonaldi