It's Me

Name: Maryulis Max
Home: Padang, Sumatera Barat, Indonesia
About Me: Saya mencoba untuk menuliskan apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Insya Allah bermanfaat bagi kemanusiaan...
See my curiculum vitae
Komunitas Kampuang

Photobucket - Video and Image Hosting

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Ketik: sumbar dan kirim ke 7505, dari semua operator cellular di Indonesia. Dengan begini anda sudah menyumbang sebesar Rp. 6000.

Jejak Blogger

Free Web Counter

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Penghargaan

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Pernah Sato Sakaki

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Lomba Hut ke-3 Blogfam

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 

61

Peserta Lomba Hari Kartini 2006

MyBlogLOG


Komen Terbaru


Banner Ambo

Maryulis Max Blog

 


28 August 2006
Puisi Hari Ini & Esok Hari
Photobucket - Video and Image Hosting

Read more!
posted by Maryulis Max @ 12:59 PM   5 comments
24 August 2006
Dr M Djamil Pantas jadi Pahlawan Nasional
Photobucket - Video and Image Hosting

PADA 9 November 2005 lalu, mantan Walikota Padang, Bagindo Aziz Chan resmi menjadi pahlawan nasional seiring dengan terbitnya SK Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai pejuang kemerdekaan yang gigih berjuang untuk mempertahankan kedaulatan RI, Bagindo Aziz Chan memang pantas mendapatkan gelar itu.

Sebenarnya, selain Bagindo Aziz Chan adalagi tokoh yang sangat pantas untuk mendapat gelar yang sama. Dialah Dr Mohammad Djamil yang namanya kini diabadikan sebagai nama rumah sakit terbesar di Sumbagteng, RS Dr M Djamil Padang.

M Djamil sebagai seorang dokter kelahiran Kayu Tanam, 28 November 1898, telah banyak berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan perhatiannya yang sangat besar terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Ini terbukti dari catatan sejarah yang dapat kita baca, baik ketika mendirikan Fakultas Kedokteran dan FIPIA (Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam) di Bukittinggi maupun Universitas Andalas sendiri.

Bila kita baca sejarah hidup pejuang kemerdekaan yang sezaman dengannya, nama M Djamil tidak dapat dipisahkan dari perjuangan itu sendiri. Dia dijuluki "Residen Lipat", karena ketegasannya dalam berjuang dengan melontarkan istilah "sikat" dan "lipat". Kata-katanya itu menjadi penyemangat bagi para pejuang untuk berjuang mati-matian mempertahankan tanah tumpah darah kita ini.

Di era perjuangan itu, berbagai jabatan penting --di luar bidang kesehatan-- pernah dijabat M Djamil. Di antaranya anggota Komite Nasional Minangkabau pada Agustus 1945, yang berlanjut menjadi ketua satu dalam organisasi tersebut pada Maret 1946. Pada 1946, M Djamil diberi amanah sebagai Residen Sumatera Barat, Gubernur Muda Sumatera Tengah sekaligus Gubernur Militer Sumatera Tengah.

Untuk bidang kedokteran dan dunia pendidikan, M Djamil adalah anak bangsa yang pertama yang menyandang 2  gelar doktor sekaligus di era itu. Ini menunjukkan betapa pendidikan dan pengabdiannya kepada masyarakat sebagai hal yang paling utama untuk dilakukannya. Gelar doktornya yang pertama dengan titel Doctor Medicinae Interne Ziekten diperolehnya di Universiteit Utrecht Holland dengan thesis Phitopharmacologisch Onderzoek Volgens Macht pada 31 Mei 1932. Sedangkan titel doktornya yang kedua, diperolehnya dari John Hopkins University, Baltimore, Maryland, USA pada 12 Juni 1934 dengan titel Doctor of Public Health (DPH) melalui thesis berjudul A Study of Mixed Subcutaneous Infections in Guinea Pigs. M Djamil menjadi orang pertama di Indonesia yang menyandang gelar DPH itu hingga 1934.

Sebelum memperoleh gelar DPH, M Djamil terlebih dahulu merampungkan gelar Master of Public Health (MPH) di universitas yang sama pada 31 Juni 1933. Titel lengkap yang disandang dalam namanya adalah Dr M Djamil, Arts, MPH, DPH, Dt Rangkayo Toeo.

Jasanya yang sangat besar dan bahkan diakui oleh pemerintahan Belanda adalah risetnya terhadap penyakit Tuberkolosa (TBC) dan Malaria. Dia melakukan riset di Koto Gadang dan Sianok pada 1925-1927 soal TBC yang hasilnya berbuah dengan diperolehnya penghargaan dari Ratu Belanda, Ratu Wilhemina. Dua tahun kemudian, M Djamil pindah ke Panyabungan, Tapanuli Selatan dengan bekerja di rumah sakit dan poliklinik di Natal. Di daerah itulah dia melakukan penelitian mengenai penyakit Malaria. Melalui hasil risetnya itu, anggaran (begrooting) pemerintah yang telah ditetapkan untuk Malaria-Bestrijding dapat ditekan (penghematan) untuk pemberantasan penyakit tersebut.

Ketika ditugaskan pada Kantor Pusat Penyakit Malaria di Jakarta pada 1938-1939, dalam risetnya M Djamil menemukan cara baru untuk memberantas (membunuh) jentik-jentik nyamuk Malaria (Anophelinen) dengan dedek. Serta Role of Protozoo-Films on The Prevalence of Malaria (peran selaput protozoon di atas air terhadap penjangkitan Malaria). Dua hasil penelitiannya itu, belum sempat disiarkan lantaran pecahnya Perang Dunia ke-2.

Karena keberhasilannya dalam riset tersebut, DR Overbeek, Kepala Bestrijding di Indonesia menetapkan M Djamil untuk diberi titel Malarialoog (ahli malaria). Sementara itu, untuk saat ini ada rencana pula untuk mengangkat M Djamil sebagai Bapak Public Health Indonesia, atas jasa-jasanya di bidang kedokteran. Sementara penghargaan selaku pejuang kemerdekaan Sumbar, M Djamil sudah memperolehnya berdasarkan Keputusan Gubernur No 241/GSB/1976 tertanggal 16 Agustus 1976. Ini pun berlanjut dengan ditetapkannya nama M Djamil sebagai pengganti nama RSUP Jati menjadi RS DR M Djamil berdasarkan Kepmen Kesehatan No 336/MenKes/SK/X/1978 pada 12 November 1978, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional.

Sedangkan menyangkut upaya untuk menjadikan M Djamil sebagai pahlawan nasional juga telah jauh-jauh hari dilakukan. Mantan Direktur Utama RS Dr M Djamil, dr H Allan Gazali Saus SpTHT MHA Dt Rangkayo Tuo yang juga keponakan kontan M Djamil menyebutkan, usaha itu dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kampung ke camat, terus bupati, gubernur dan berujung ke Menteri Sosial RI untuk mengurus syarat administratifnya. Secara prinsip sebenarnya sudah clear, tinggal lagi satu syarat yang belum terpenuhi yaitu buku biografi yang bersangkutan. Untuk itu, pihaknya kini tengah menyusun buku biografi tersebut.

"Jika semua ini rampung, Insya Allah dengan usaha dan dukungan kita semua, Dr M Djamil bisa menjadi pahlawan nasional berikutnya dari Sumatera Barat," harapnya. (***)
 


Read more!
posted by Maryulis Max @ 11:27 AM   0 comments
16 August 2006
Kalau Saya Jadi Presiden
Photobucket - Video and Image Hosting

SUSAH nggak sih, jadi presiden? Pertanyaan itu yang menggelayut di pikiran saya belakangan ini. Pasalnya, sudah 28 tahun lebih saya diberi kesempatan hidup di muka bumi ini, sama sekali belum pernah terbersit keinginan untuk menjadi presiden.

Jujur saja, ketika SD dulu, saya pernah disodori guru Bahasa Indonesia soal cita-cita yang ingin saya gapai bila menjadi dewasa nanti. Di saat kawan-kawan sekelas berebut jadi presiden, gubernur dan walikota atau bupati dan jabatan mentereng serta profesi terhormat lainnya, saya justru menjawab singkat, "Belum tahu, Bu!"

Kini, pertanyaan sejenis terulang lagi dan bahkan langsung menunjuk saya sebagai "presiden", melalui lomba 17-an Agustus yang digelar Blogfam. Pertanyaan yang dilontarkan, sangat susah-susah gampang untuk menjawabnya, yakni jika saya presiden, apa yang saya lakukan. Butuh perenungan matang untuk menjawab ini.

Jika merujuk UU 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, pada Pasal 6, ada 20 persyaratan untuk jadi orang nomor satu di negara yang bernama Indonesia ini. Dari 20 item itu, saya hanya tersandung point ke-17, lantaran belum lagi berusia 35 tahun --sebagaimana disyaratkan di pasal itu. Selebihnya, saya memang pantas dan bisa jadi presiden. Susahnya, belum tentu dipilih jadi presiden oleh rakyat Indonesia yang begitu bejibunjumlahnya saat ini.

Merujuk pada apa yang telah dilakukan presiden-presiden sebelumnya, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono, tergambar sepintas bahwa menjadi presiden itu gampang banget. Karena seluruh tugas negara, mulai dari yang paling besar hingga yang paling remeh temeh sekalipun, sebenarnya sudah ada yang memikirkannya, memproses dan menjalankannya. Presiden "tinggal" mencetuskannya saja. Selebihnya, "orang-orang" lainlah yang akan mengerjakannya. Presiden, tinggal tahu beres!!!

Contoh kecilnya, untuk pidato saja, sudah ada tukang konsepnya, tukang ketiknya, tukang bawa teksnya. Dan saya --sebagai presiden-- tinggal membacakannya. Soal kebijakan negara? Tinggal kumpulkan menteri-menteri, staf ahli dan yang berkompeten lainnya untuk selanjutnya menjadi pendengar yang baik atas saran dan masukan yang akan mereka berikan ke saya. Setelah dirasa cocok dan sesuai dengan apa yang saya harapkan, maka itulah yang akan saya putuskan sebagai kebijakan negara. Gampangkan?

Kalau segitu gampang jadi presiden, lalu apa yang akan saya lakukan? Kita jadi kembali ke pertanyaan semula di awal tulisan ini --yang saya niatkan betul untuk diperlombakan dengan member Blogfam lainnya, tanpa sama sekali melibatkan tukang konsep, tukang ketik, tukang bawa teks, karena memang saya belum resmi jadi presiden.

Yang paling penting adalah merubah sistem! Itu kata kunci yang akan saya lakukan selama menjadi presiden. Dengan melibatkan menteri-menteri, staf ahli dan yang berkompeten lainnya, saya akan lakukan itu. Dan untuk merubah sistem ini, terus terang dibutuhkan sekali "tangan besi", agar sistem yang akan dijalankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan keinginan saya, keinginan anda, keinginan mereka dan keinginan kita semua.

"Tangan besi" di sini, jangan dipikirkan secara negatif. Memang sangat otoriter sekali, tapi bukan untuk kepentingan saya, namun buat bangsa dan negara kita tercinta ini.

Contohnya, anda, dia dan kita semua ingin apa? Jika jawabnya ingin "sejahtera", itu pas sekali dengan keinginan saya pribadi. Bagaimana supaya sejahtera? Di situlah diperlukan "tangan besi". Seluruh pihak dan golongan yang rasa-rasanya bakal menghalangi, menghambat, merintangi, menentang dan mempersoalkannya, harus dibabat habis! Karena mereka, jelas-jelas telah dan berindikasi ingin sejahtera sendiri. Itukan sama saja dengan "senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang". Tanya kenapa?

Lalu, bagaimana mewujudkan sejahtera tersebut? Lha, itu bukan tugas saya. Tapi tugas menteri-menteri, staf ahli dan yang berkompeten lainnya untuk memikirkannya, memproses dan menjalankannya. Saya tinggal lihat dan awasi, apa kerja mereka sudah sesuai atau tidak dengan apa yang mereka pikirkan, proses dan jalankan --dan saya iyakan. Kalau tidak, mereka pun termasuk orang-orang yang harus dibabat habis karena telah terindikasi dan menjadi orang ataupun golongan yang menghalangi, menghambat dan merintangi terwujudnya kesejahteraan tadi.

Gampangkan? Karena itu, sekarang saya sangat "kebelet" ingin jadi presiden. Dengan ini saja, saya yakin anda, dia, mereka, kita dan seluruh
warga negara Indonesia sangat mendukung saya menjadi presiden. Kalau tidak, anda dan mereka termasuk orang-orang yang patut saya babat habis!!!

Masuk akalkan? (***)

 


Read more!
posted by Maryulis Max @ 10:00 AM   6 comments
11 August 2006
Fativi, Iyo....Rancak!!!
Photobucket - Video and Image Hosting

PENANTIAN masyarakat Sumbar akan kehadiran televisi (TV) lokal pertama akhirnya terjawab sudah. Setelah beberapa bulan melakukan siaran percobaan, Favorit TV (Fativi) resmi akan mengudara selama 5 jam sehari mulai Sabtu besok (12/8). Kepastian itu, seiring dengan grand launching-nya stasiun TV milik PT Favorit Mitra Media Televisi tersebut pada hari ini (11/8) yang peresmiannya akan dilakukan gubernur Sumbar yang ditandai dengan pemukulan gong dan pembukaan layar TV raksasa di Pangeran Beach Hotel.

Beberapa bulan belakangan, masyarakat Sumbar terutama yang berada di Kota Padang, Pariaman dan sebagian wilayah Kabupaten Agam telah disuguhkan beberapa promo program acara milik Fativi ini. Sepintas ada antusias warga, mengingat acara yang akan ditayangkan Fativi setelah resmi mengudara permanen tersebut, memang berbeda dengan suguhan serupa dari TV swasta nasional maupun TV lokal "plat merah" (TVRI Sumbar-red). Pasalnya, content lokal yang diusung, benar-benar mengobati kerinduan pemirsa akan tayangan alternatif yang dikemas dalam program-program bertajuk berita, seni dan budaya.

Melalui promo yang gencar ditayangkan setiap saat pada siaran percobaannya, pemirsa jadi tahu mereka akan disuguhkan dengan beragam acara yang menghibur, menambah wawasan dan memberi info terkini tentang daerahnya ini. Cuma mereka memang dituntut harus bersabar, karena tayangan itu masih berupa siaran percobaan.

Kini dengan resminya TV itu siaran secara permanen mulai pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB di channel 35 UHF, pemirsa akan dapat menghibur diri dengan menonton acara Komedi In-donk yang menampilkan si Tampan, si Lecet dan kawan-kawan yang diyakini bakal mengocok perut mereka. Atau menyaksikan info terkini ranah Minang melalui program news Info Favorit dan Kaba Malam yang dituturkan dalam bahasa Minang.

Tidak hanya itu, acara lainnya yang oke punya, juga dapat dipelototi penonton di layar kacanya, seperti MD Show yang diasuh Muhammad Dien, acara Sitkom (situasi komedi) macam Rumah Awak, Silau, Bakapik, Kampuang Favorit dan sebagainya. Masih ada pula berbagai acara talk show seperti Potret Keadilan, Bisnis Favorit, Tabir Islami, dan beragam variety serta reality show dan feature berupa Tikam Jajak, Jelajah Kampus, Kancah Budaya, Seni Budaya, Minang Mahimbau, Wahana Pendidikan, Rampak Nagari dan lainnya.

Segmen untuk remaja dan anak, pun tidak lupa disuguhkan ke pemirsa dari jenis mereka. Fativi menawarkan reality show bertajuk Puber dan Kreasi Anak. Sedangkan untuk menambah wawasan keagamaan selain melalui Tabir Islami, keimanan pemirsa akan "disentuh" melalui sajian Penyejuk Jiwa yang menampilkan Ustadz H Indra Jaya SH sebagai host-nya.

Semua acara yang akan ditampilkan Fativi ini, ungkap Dirut PT Favorit Mitra Media Televisi, H Yendril BE didampingi Direktur, Ir Muhammad Dien, Pemred, Rinaldi "Nanang" dan sejumlah kru Fativi seperti Heldo Aura, Sylvi Azmi, Fadhly Reza dan Yoserizal Daniel T kepada wartawan, Kamis (10/8) mengungkapkan, berdasarkan survey siaran percobaan, saat ini Fativi baru bisa disaksikan warga Kota Padang, sebagian daerah Pariaman, Pasaman Barat dan Agam. Namun seiring dengan dipakainya pemancar berkekuatan 1.000 watt, coverage area (cakupan siaran) Fativi berkemungkinan bisa ditonton sebagian warga yang berada di Padangpanjang, Solok, Pesisir Selatan dan Mentawai.

"Ke depan, kita tentu berharap siaran Fativi bisa disaksikan seluruh warga Sumbar dengan membangun beberapa stasiun relay di sejumlah daerah," ujarnya.

Dengan lebih dahulunya Fativi mengudara permanen dibanding TV lokal sejenis yang kabarnya juga akan bermain di jagad pertelevisian Sumbar, seluruh kru dan pimpinan TV ini ditantang untuk memberikan suguhan rancak kepada pemirsa. Sehingga motto "Iyo...Rancak!!!" diusung sebagai spirit untuk memuaskan pemirsanya.

Jika tantangan ini dapat dipenuhi kru TV berkekuatan lebih 80 orang itu, maka wajar bila nantinya, masyarakat Sumbar terutama para pemirsa akan mengakui bahwa Fativi, iyo...rancak!!! (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 10:54 AM   5 comments
04 August 2006
Parno Tsunami
Photobucket - Video and Image Hosting

Rakyat Indonesia yang berada di sepanjang pesisir pantai,khususnya Sumbar benar-benar lagi Parno alias paranoid. Psikologi mereka benar-benar down lantaran terjangkit tsunami phobia menyusul bertubi-tubinya pemberitaan soal gempa dan kemungkinan tsunami yang dilansir media massa yang bersumber dari analisis ahli, ramalan dukun, maupun laporan peristiwa.

Ketakutan ini bukan tidak beralasan, karena inilah bagian fitrah manusia yang ingin selamat dari marabahaya apapun yang mengancam kelangsungan hidupnya.

Fakta membuktikan, pasca tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, menyusul gempa kuat di Yogya dan tsunami di Selatan Pulau Jawa, siapa pun tidak ingin menjadi korban berikutnya. Walaupun mereka tahu, yang namanya petaka, ketentuan Illahi Rabbi. Tapi mereka yakin seyakin-yakinnya masih ada kesempatan untuk selamat --minimal korbannya bisa diminimalisir-- bila ada usaha-usaha untuk itu.

Mirisnya, ketakutan ini bukannya terobati. Akhir-akhir ini yang terjadi mereka justru disuguhkan dengan pemberitaan ini-itu tentang rencana pemerintah dengan segala akan dan bakalnya untuk mengantisipasi ini dengan mempersiapkan early warning system.

Tapi kapan? Itu yang menjadi pertanyaan. Bila jawabnya bulan depan, triwulan ke depan, semester ke depan, setahun ke depan dan ke depan lainnya, maka itu hanya sebatas wacana. Bayangkan bila, sedetik, semenit, sejam, sehari, seminggu setelah anda membaca postingan ini, tsunami itu benar-benar terjadi, apa gunanya rencana ini dan itu tadi?

Di Sumbar saja, seperti diekspos Gubernur, H Gamawan Fauzi SH MM pada 1 Agustus lalu, sedikitnya 527.962 jiwa di daerah ini terancam jadi korban terjangan tsunami yang diperkirakan mencapai 11 meter lantaran tinggal di daerah pesisir pantai. Rinciannya, warga Kota Padang yang terancam mencapai 355.312 jiwa yang tinggal di zona merah, Painan potensinya mencapai 99.150 jiwa, diikuti Pariaman 21.600 Jiwa dan Air Bangis 51.900 jiwa.

Lantas apa persiapannya untuk itu? "Pemprov Sumbar telah merancang 5 jembatan menuju Gunung Padang yang kontruksinya tahan gempa sampai 8 skala richter lebih. Lima jembatan itu dapat dipergunakan untuk melarikan diri seandainya ada ancaman tsunami bagi warga Padang Selatan. Sementara itu, sejumlah proyek pelebaran jalan poros menuju ke By Pass tengah diupayakan. Namun Pemko Padang dan sejumlah daerah tingkat II lainnya kesulitan dalam pembebasan tanah untuk memperlebar jalan. Seperti jalan dari Alai ke By Pass, saat ini belum kunjung dibebaskan meskipun dana untuk pengaspalan dan pelebaran jalan itu sudah ada," ujar Gamawan.

Selain program itu, Pemprov juga telah menjalin kerjasama dengan pemerintah Prancis untuk membangun sistem peringatan yang terintegrasi dengan sejumlah daerah tingkat II yang berpotensi menjadi korban tsunami. "Dalam waktu dekat akan dibangun transmisi peringatan di Gunung Singgalang. Kegunaannya untuk menerima peringatan dari BMG dan dipantulkan ke posko-posko pengamatan ancaman tsunami di berbagai daerah yang terancam. Bahkan di Kota Padang tengah dibangun 6 sirine peringatan untuk warga yang akan berbunyi sebagai komando untuk penyelamatan diri ke jalur-jalur evakuasi," paparnya lagi.

Kembali menjadi pertanyaan, semua itu kapan? Karena fakta bicara, rekor tertinggi gelombang tsunami di Sumbar mencapai tinggi 15 Meter. Tsunami itu terjadi pada tahun 1833 dengan siklus sekali 150 Tahun. Namun demikian, siklus tersebut dapat bergeser semakin cepat atau sedikit melambat. Dari sejarah yang tercatat, tsunami pernah menyerang Sumbar pada tahun 1300-an berlanjut ke 1500-an, 1700-an dan 1833. Menurut siklus, tahun 2000-an menjadi masa potensial tsunami di Sumbar.

Gawatnya, info terkini, dari laporan kapal penelitian geologi Perancis "Marion du Fresne" yang mengadakan penelitian sejak 3 minggu lalu, telah ditemukan retakan dari laut Andaman menuju pantai barat Sumatera sepanjang 900 km yang terjadi pasca gempa besar dan tsunami di Aceh akhir 2004 lalu.Retakan itu terus bergerak dari Aceh ke Nias dan terus ke Mentawai hingga Bengkulu dan menyambung ke Selat Sunda dan Pangandaran. Retakan ini terlihat dari foto satelit seperti sabetan golok yang tajam.

Nah lho. Kami mau ngapain? Paling hanya menunggu datangnya tsunami yang pasti akan terjadi, tapi entah kapan waktu pastinya. Yang pasti pula, kami di sini hanya bisa berharap pemerintah harus cepat bergerak dan berpacu sebelum kedatangan tsunami. Ingat, kami di sini telah terserang Parno Tsunami!!! (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 12:06 PM   5 comments
01 August 2006
Pemko vs PKL
Photobucket - Video and Image Hosting

INILAH jadinya kalo pembangunan tanpa perencanaan. Selalu saja ada yang harus dikorbankan untuk menutupi kesalahan.

Itu yang terjadi pedagang kaki lima (PKL), khususnya yang berada di Bundaran Air Mancur --sekitar 300 meter dari Balaikota Padang. Mereka digusur dari lokasinya itu dengan alasan yang tak jelas dan dijelas-jelaskan, yang baru terungkap kemudian. Hasilnya, terjadi perlawanan yang berakhir bentrokan.

Peristiwa bentrokan itu sendiri telah terjadi beberapa pekan lalu. Tapi imbas dan gaung perlawanan mereka masih terus terasa hingga kini. Mereka merasa dizhalimi, tanpa ada solusi --yang kalaupun ada masih sebatas kebijakan trial and error pula. Sekitar 80-an PKL ini, akhirnya harus mengaku kalah dan harus terima kenyataan. Mereka dipindahkan ke lokasi yang tak berapa jauh dari lokasi mereka itu, yaitu Jalan Sandang Pangan yang tepat berada di sisi kanan Balaikota Padang.

Sempat menolak berdagang di sana, mereka memilih mendorong gerobaknya ke gedung dewan. Di DPRD Padang, mereka bertahan selama seminggu berharap ada keadilan. Hasilnya, mereka pun diiming-imingi janji oleh walikota bila mau dipindahkan ke ruas jalan paling padat pedagang tersebut. Selain service memuaskan, seperti menyediakan tenda pengganti payung, aliran listrik, air bersih dan jaminan keamanan, mereka pun dijanjikan uang Rp 750 ribu/pedagang. Iming-iming itu dihiraukan.

Merasa pilihan mereka untuk bertahan di gedung dewan tak menghasilkan apa-apa, baru beberapa hari kemudian PKL ini menyatakan kesediaannya untuk dipindahkan ke Jalan Sandang Pangan dan meminta janji Wako itu direalisasikan. Tapi apa daya, janji tinggal janji, karena petinggi kota telah memutuskan takkan memberi, lantaran tenggat waktu yang ditetapkan sudah lewat berhari-hari. Maka PKL harus gigit jari.

Kini yang menjadi pertanyaan, mengapa ini bisa terjadi?
Seperti yang dikatakan di awal tulisan, semuanya terjadi karena konsep pembangunan dan pengembangan kota yang tak jelas dan mengabaikan tata ruang kota. Ini bermula dari dialihfungsikannya terminal bus AKAP-AKDP Lintas Andalas di Jalan Pemuda menjadi Plasa Andalas pada 2002 lalu. Terminalnya sendiri dioperasikan di Terminal Regional Bingkuang yang berada 15 km dari pusat kota. Dengan itu, tersingkirlah komunitas PKL di Lintas Andalas tersebut. Mereka tersebar ke mana-mana.

Belum puas dengan satu pusat perbelanjaan mewah ini, Pemko kembali mengizinkan dibangunnya pusat perbelanjaan baru. Hasilnya, terminal angkutan kota Goan Hoat dilikuidasi. Jadilah Kota Padang sebagai kota tanpa terminal, kecuali terminal bayangan. PKL yang ada di situ pun terberai-berai mencari lokasi.

Di mana ada keramaian, di situ PKL berdiri. Eksistensi mereka pun menjadi-jadi, karena dianggap resmi --yang ditandai dengan adanya Pungli dari oknum pemerintahan--, PKL ini semakin berani memanfaatkan badan jalan. Terjadilah kemacetan, karena ulah supir Angkot yang ngetem sembarangan --lantaran tak lagi punya terminal-- dan PKL yang semakin menjamur di lokasi Bundaran Air Mancur yang telah berubah menjadi Terminal Regional Bayangan.

Oleh Pemko, kesemrawutan itu coba dihilangkan, mengingat Kota Padang akan dikunjungi berbagai kalangan karena banyak event yang diadakan. Mulai dari Dragon Boat, HUT KNPI, Padang Fair & Unand Expo, HUT Kota Padang ke-337, HUT RI dan hat-hit-hut lainnya. Terlebih lagi dengan
adanya penilaian Wahana Tata Nugraha yang memperlombakan tetek bengek transportasi dan berlalulintas. Maka itu, dibabat habislah PKL tadi, yang menyisakan masalah hingga hari ini... Siapa yang salah? (***)


Read more!
posted by Maryulis Max @ 12:35 PM   1 comments
Blog Valdisya
Photobucket - Video and Image Hosting

Singgah ke My Baby Blog Klik disini Ngeliat Foto Disya Klik Ini

Tulisan Sebelumnya
Brankas Arsip
Singkap Blog
Mitra Blog

Free Blogger Templates

BLOGGER

BlogFam Community

Free Shoutbox Technology Pioneer

Photobucket

Image hosting by Photobucket

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Linda

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Photobucket

AddThis Social Bookmark Button

Sedang Dibaca

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Lihat koleksi buku saya disini

Asal Pengunjung

Copyright © Kumpulan Tulisan & Pemikiran | Editor - Maryulis Max | Disain : Yonaldi