DI tengah isu tsunami yang menyebar ke masyarakat bakal terjadi pada 7 Juni kemarin, warga Kota Padang dikejutkan dengan gempa berkekuatan 4,7 SR pada pukul 15.22 WIB. Sehingga kekhawatiran isu itu akan menjadi nyata, sempat bikin panik sebagian warga.
Syukurnya "mimpi buruk" tersebut tidak menjadi nyata, lantaran gempa yang terjadi kali ini tidak berada di dasar laut dan kekuatannya relatif kecil untuk mendatangkan tsunami.
Dari situs resmi BMG dan pernyataan Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Padang Panjang, Soemarso, gempa ini berpusat di darat 98 km tenggara Kota Padang pada latitude (lintang selatan) 1.52 dan longitude (bujur timur) 101.01.
"Episentrum gempa berada di Bukit Barisan, sekitar Kerinci, Jambi pada kedalaman 33 km. Dengan adanya gempa itu, bukan berarti berkaitan dengan aktivitas Gunung Kerinci. Karena gempa ini jenis tektonik akibat pergerakan patahan simangko yang melintasi Pulau Sumatera," jelasnya.
Disebutkannya, getaran gempa dirasakan di Kota Padang dengan skala III MMI (Mercalli Magnitudo Intensity) dan I-II MMI di Padang Panjang. Sementara getaran cukup kuat dirasakan di Pesisir Selatan dengan kekuatan III-IV MMI.
Sementara itu, sejak Minggu (4/6) hingga Senin lalu (5/6), sempat beredar isu bahwa akan ada gempa dan tsunami dahsyat tanggal 7 Juni 2006. Isu lewat SMS dan Yahoo! Messenger ini mencatut nama beken kantor berita CNN. Isu lewat SMS dan Yahoo! Messenger itu bertuliskan sebagai berikut: "Menurut CNN, disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di Australia sedang bergerak ke utara menuju Asia. Diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di selatan pulau Jawa. Diperkirakan 11 hari setelah gempa Jogja, atau Rabu besok (7 juni) akan ada gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. Mohon doanya and please forward ke temen-temen lain, jangan sampai putus di tangan kamu."
Isu ini, sampai-sampai menjadi salah satu pokok pembahasan dalam Rapat Terbatas (Ratas) kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Presiden, Selasa sore (6/6). Menurut Menhub, Hatta Rajasa di situs http://presidensby.info, isu tersebut tidak berdasar. Sejak terjadinya gempa tektonik di Yogya dan Jateng, mulai 27 Mei hingga 6 Juni data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan tren gempa sangat menurun.
"Sehingga isu-isu akan terjadinya kembali gempa besar disertai tsunami itu tidak disertai atau diikuti data-data ilmiah," kata Hatta Rajasa pada penjelasan persnya usai mengikuti Ratas.
Dengan banyaknya isu-isu tidak berdasar itu, masyarakat diminta tidak menanggapinya. Misalnya, isu di Jakarta akan terjadi gempa besar disusul tsunami dan sebagainya. Walaupun Indonesia ini rawan gempa, ujar Hatta, namun masyarakat hendaknya hanya menyimak informasi-informasi mengenai gempa yang selalu dikeluarkan baik oleh BMG maupun Direktorat Geologi dan Vulkanologi, di bawah Departemen ESDM dan BPPT. (***)