Apa beda mercusuar dengan proyek mercusuar? Pertanyaan gampang-gampang susah, yang belum tentu semua orang bisa menjawabnya. Tapi kalau sekelumit tanya itu dijawab dengan logika awam, jawabnya simpel saja. Yaitu, belum tentu proyek mercusuar itu adalah proyek bikin mercusuar. Isn't it?
Mercusuar, bangunan tinggi menjulang yang menjadi pedoman nelayan dalam mengarungi lautan. Sebagai navigator untuk menunjukkan arah daratan, guna menyadari keberadaan diri sebenarnya. Proyek mercusuar? Tanyakan saja ke yang proyek...
Yang pasti, belum tentu semua proyek mercusuar akan berguna dan bermanfaat bagi banyak masyarakat. Lain halnya dengan mercusuar yang pasti dibutuhkan semua nelayan.
Begitulah, ketika tiba-tiba muncul wacana Pemko Padang untuk membangun Padang Bay City (PBC) yang kemudian ditambahi dengan kata-kata Nurbaya di belakangnya, sehingga lengkap menjadi Padang Bay City Nurbaya (PBCN). Semua terpurangah, karena proyek ini benar-benar proyek mercusuar yang katanya sebagai trade mark Kota Padang ke depan. Halah!
Sebenarnya bukan itu yang bikin saya (dan sebagian anda) terpurangah. Bayangkan, Pantai Padang yang elok dengan debur ombak Puruih yang kadang menghantam kuat dan kadang bergelombang gemulai, akan disulap dengan pembangunan berbagai fasilitas penunjang yang tentu saja menjulang melebih julangan mercusuar. Apa saja bakal ada di sana dengan mereklamasi pantai ini dengan tanah urug yang didapat dari proyek mercusuar lainnya; pembangunan terowongan Pegambiran-Bunguih sepanjang 6 km. Di sana bakal ada mall, convention centre, dunia fantasi dan sebagainya. Jadilah PBCN itu nantinya sebagai "kota baru" di tepi pantai Samudera Hindia ini. Weeww, hebat!
Tapi perlukah semua ini? Belum tentu. Beda dengan mercusuar yang dibutuhkan nakhoda dan nelayan, proyek mercusuar tersebut belum tentu penting-penting amat. Okelah kalau dikatakan bahwa bangunan-bangunan yang ada di PBCN itu sebagai bumper bila tsunami datang. Tapi sekali lagi, dengan menggunakan logika awam, investor mana yang rela asetnya habis ditelan tsunami? Kalau pun ada asuransi, kira-kira apa ada perusahaan asuransi yang bakal menanggungnya? Karena yang namanya tsunami pasti bakalan terjadi, dan perusahaan asuransi bakal butuh dana banyak untuk menanggung klaim nasabahnya.
Dari perspektif lingkungan, betapa akan terancam keberadaan biota laut. Yang untuk dampak kasus ini, saya tidak berkompeten untuk menjelaskannya, karena bukan ahli lingkungan. Tapi untuk sekali lagi pula, dengan menggunakan logika awam, betapa reklamasi itu akan merubah struktur garis pantai dan mengancam keberadaan biota yang hidup di sepanjang pantai yang dikorbankan untuk PBCN.
Maka hebohlah seantero negeri dengan proyek ini. DPRD, pakar lingkungan, ahli politik yang plintat-plintut, pengamat berotak dangkal yang umumnya menggunakan logika awam --seperti saya--, lalu buka suara. Jadilah proyek ini menjadi ngetop dan terpromosikan melalui polemik yang dibangun media. Hasil akhirnya, heboh tak berkunjung sudah.
Dalam perjalanan waktu, proyek itu diajukan ke DPRD untuk mendapat persetujuan menyusul adanya investor yang katanya berminat sangat membangunnya. Panitia khusus (Pansus) dibentuk. Kajian awal dilakukan dengan "jalan-jalan" ke beberapa departemen di Jakarta. Hasilnya, banyak departemen yang menyarankan tak usah saja, atau kalau mau dipindahkan saja ke lokasi lain. Sekali lagi pula, logika awamnya, kalau dipindah, mana mungkin akan bernama Padang Bay City Nurbaya. Wong tempatnya bukan di situ lagi, yang berdekatan dengan Jembatan Siti Nurbaya, Kuburan Siti Nurbaya di Gunuang Padang dan Pantai Padang yang merupakan satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisah-pisahkan.
Heboh, yang punya proyek tentu ingin bertahan dengan kekukuhan alasan yang tentu saja masuk akal --versinya--, belum tentu masuk akal --logika awam-- seperti saya punya. Perseteruan logika antara legislatif dan eksekutif itu dengan alasan masing-masing yang sama kuatnya, akhirnya berakhir sudah. Pemko melayangkan penangguhan pembahasan lanjutan PBCN ini melalui surat 050.434/PMK/IV/2007 tertanggal 27 April 2007 yang ditandatangani Walikota, Drs H Fauzi Bahar MSi dengan maksud agar Pemko dapat melakukan kajian mendalam atas proyek tersebut.
Berakhirkah proyek ini? Bisa jadi. Karena meminjam kata-kata Ketua DPRD Padang, Hadison SSi Apt, seperti rencana proyek mercusuar yang sudah-sudah --yang juga pernah ditangguhkan pembahasannya, yaitu pengolahan sampah modern di Aie Dingin yang dikerjasamakan dengan Swiss dan rencana peternakan bersama Australia--, tak pernah ada kelanjutannya. Dan bisa jadi proyeknya tetap lanjut, karena Pemko sendiri sedang melakukan kajian mendalam agar tidak lagi mentah di tengah jalan.
Namun yang pasti, beberapa kalangan yang berpikir awam, menjawab penangguhan itu dengan hanya satu kata, "Padang Bay Bye...", (bukan bye bye Padang... ) Sampai jumpa di proyek mercusuar berikutnya, yang insya Allah jauh lebih berguna seperti mercusuar adanya. (max)