DALAM usianya yang sudah lewat setahun lebih, Dita harus rela hidup dengan anus buatan, lantaran dia tidak mempunyai lubang dubur sejak dilahirkan. Anak kelima dari pasangan Abdul Muis (60) dan Safarwa (44) ini, rencananya akan menjalani operasi di Kota Padang, namun terkendala dengan tidak adanya biaya.
Dita yang lahir pada 22 November 2004 itu, baru diketahui tidak memiliki anus, tiga hari pasca kelahirannya di rumah bidan desa di Sungai Bangih. Selama rentang waktu belasan hari, anaknya tersebut sama sekali tidak bisa buang air besar, sehingga perutnya terus membesar. Barulah pada usia 20 hari, dia diberi anus buatan.
Sebagaimana dituturkan Safarwa, sebenarnya pihak keluarga berkeinginan sekali agar buah hatinya itu bisa hidup normal secepatnya. Tapi ketika Dita diberi anus buatan di perut bagian kirinya pada usia 20 hari oleh tim medis RSUD Painan, dokter setempat mengingatkan operasi pembuatan lubang dubur baru bisa dilakukan ketika anaknya itu berusia setahun.
Kini setelah genap setahun, dirinya harus menerima kenyataan pahit bahwa biaya operasi untuk mewujudkan impian agar anaknya bisa hidup normal, ternyata kelewat mahal untuk ukuran kantong keluarganya. Maklum saja, suaminya hanyalah petani biasa di Kampung Sungai Bangih, Kecamatan Batang Kapeh, Kabupaten Pesisir Selatan, yang untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga saja sulit. Apalagi untuk membiayai operasi Dita. Sementara Safarwa sendiri, hanyalah ibu rumah tangga yang sama sekali tidak memiliki usaha sampingan.
“Rancananyo Dita ka dioperasi di rumah sakik M Jamil. Tapi sampai kini, ibuk alun tau bara biayonyo. Cuman kabanyo, di RS Yos Sudarso biayanyo sabanyak 6 juta (rencananya Dita akan dioperasi di RS Dr M Djamil Padang. Hingga sampai sekarang, saya belum tahu berapa biayanya. Cuma kabarnya, di RS Yos Sudarso biayanya sebesar Rp 6 juta),” sebutnya.
Dengan biaya segitu, tentu saja dia harus berpikir ulang untuk mengoperasi anaknya. Tapi tekadnya cuma satu, bagaimana putri bungsunya tersebut bisa punya dubur sebagaimana layaknya manusia normal. Harapannya, mana tahu ada dermawan atau donatur yang tergerak hatinya untuk membantu penderitaan anaknya ini.
Untuk proses di RS Dr M Djamil, disebutkan Safarwa, dirinya telah membawa Dita dan disarankan untuk menyiapkan segala persyaratan yang berlaku. Di antaranya kartu sehat untuk keluarga miskin. Yang menjadi persoalan, dirinya memang memiliki kartu tersebut, tapi masa berlakunya telah habis. Disamping itu, menjelang operasi Dita, dirinya pun harus rutin melakukan check up kondisi anaknya tersebut yang notabene juga membutuhkan biaya.
Sementara untuk ke Padang ini, dia hanya membawa uang yang tak seberapa. Bahkan dia terpaksa sementara harus menumpang di rumah “bakonya” di Kampung Baru No 39 RT 4/RW V, Simpang Haru, Kecamatan Padang Timur daripada harus bolak balik Sungai Bangih-Padang yang tentu saja membutuhkan ongkos yang cukup besar pula.
Karena itulah Safarwa dan keluarga menunggu uluran tangan para pembaca yang terniat untuk membantu. Para dermawan atau donatur, dapat melihat kondisi dan membantu Dita dengan mendatangi alamat “bakonya” tersebut, atau menelepon ke nomor 0751-810317. (***)