25 March 2006 |
Alat Deteksi Tsunami Ditemukan Terapung di Tengah Laut |
SEMPAT dinyatakan hilang selama 30 jam, Buoy TEWS ( Tsunami Early Warning System) akhirnya ditemukan TNI AL terapung di laut Jumat (24/03/2006) sekitar pukul 17.00 WIB. Alat pendeteksi dini tsunami ditemukan di laut antara perairan Sumbar dan Sumut yang berjarak 30 mil dari lokasi hilang semula. Seperti yang diberitakan kemarin, Buoy, alat peringatan dini tsunami (tsunami early warning system) yang dipasang di perairan lepas Sumbar-Sumut tepatnya di 60 nm (110 km) barat laut Pulau Siberut, diduga dicuri kawanan perompak. Alat pendeteksi tsunami tercanggih di dunia itu, diduga dilarikan ke arah perairan Sibolga untuk dijadikan besi kiloan.
Sebagaimana diinformasikan Koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) wilayah Sumbar, Ir Ade Edward yang juga terlibat dalam Tim Operasi Penyelamatan Buoy TEWS BPPT-RISTEK RI kepada POSMETRO, Kamis (23/03/2006), kejadian ini mendapat perhatian serius dari pemerintah RI dan Jerman untuk segera dituntaskan. Seluruh pihak terkait di Sumbar dan di Sumut sudah dikoordinasikan untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya. Posko Penyelamatan Buoy TEWS BPPT sudah dibentuk dan ditempatkan di markas Lanal Teluk Bayur di bawah komando Danlanal, Kolonel Laut (E) Munizar Munaf MT.
“Tambatan Buoy di dasar laut diduga sengaja dipotong pelaku, lalu menariknya dengan menggunakan kapal ke arah timur laut menuju Sibolga,” jelasnya.Pada pukul 08.00 WIB, posisi alat itu terdeteksi berada di koordinat 00 101' 47" S (lintang selatan) dan 97 59' 46" E (bujur timur). Lalu pada pukul 11.00 WIB sudah berada di koordinat 00 01' 35" S dan 98 03' 21" E.
“Sampai pukul 14.46 WIB, sudah berada di koordinat 00 00' 00" S dan 98 08 08 E. Informasi koordinat ini, kami dapatkan dari operator satelit yang melaporkannya setiap 3 jam sekali,” terangnya.
Dengan adanya informasi posisi alat itu, “perburuan" Buoy TEWS dilakukan TNI AL Teluk Bayur menggunakan KRI Pattimura nomor lambung 371, dibantu pesawat pengintai Nomet milik TNI Angkatan Laut (AL). Penemuan Buoy TEWS itu langsung dikabari Komandan Gugus Tempur Wilayah Barat (Dan Gus Pur Labar), Laksamana Pertama Dadik Suharto, yang berada di KRI Pattimura dikomandani Mayor Laut (P) Sigit Santo,” ujar Danlanal Teluk Bayur, Kolonel Laut (E) Ir Munizar Munaf MT, didampingi Perwira Operasi (Pasop) Kapten Laut (KH) Ali Ridlo SH, kepada POSMETRO kemarin.
Dikatakan Munizar, “Buoy TEWS itu akhirnya ditemukan terapung-apung di perairan Tanjung Batu tak berapa jauh dari pulau Pini,” sebut Munizar Munaf. Lantaran peralatan yang serba mutakhir ini masih berada di tengah laut, rencananya malam ini (tadi malam, red) digiring ke perairan Sibolga untuk pengamanan sementara. Apalagi alat yang memiliki harga mahal ini sangat sulit dibawa ke darat.
“Kita masih menunggu peralatan khusus untuk mengangkatnya, untuk selanjutnya dibawa ke Pelabuhan Teluk Bayur,” aku Munizar. Untuk sementara, lanjut Munizar, belum ada tersangka. Buoy TEWS ditemukan terapung-apung di laut. Awalnya petugas melihat benda asing ini dari radar KRI Pattimura. Melihat hal yang ganjil ini, KRI Pattimura lalu mendekat dan selanjutnya mengamankan ke pinggir pantai Sibolga pelabuhan terdekat dari lokasi penemuan itu. Saat itu posisi Buoy TEWS pada pukul 13.42 WIB berada di koordinat 00 00' 07" lintang utara dan 98 23' 55" bujur timur dengan jarak di posisi semula hilang yakni sekitar 40 mil dari lokasi kejadian.
“Dengan demikian, segala upaya yang sudah kita lakukan nampaknya membuahkan hasil. Meski saat ini belum ada tersangkanya —karena benda itu ditemukan terapung di tengah laut—, namun petugas Lanal Teluk Bayur masih melakukan penyelidikan,” ungkap Munizar.
Sementara itu anggota Tim Operasi Penyelamatan Buoy BPPT-RI dari Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Sumbar, Ir Ade Edward menyebutkan, laporan yang diterima pihaknya, kondisi Buoy ini cukup baik yang ditandai dengan masih hidupnya sinyal alat tersebut. Tidak ada kerusakan berarti, hanya saja yang harus dilakukan adalah menyambung kembali kabel-kabel yang putus.
Dari penemuan kembali Buoy ini, kata Ade, tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Republik Indonesia, sedang menunggu instruksi hasil pertemuan komite RI-Jerman di Jerman. Dalam pertemuan itu, BPPT diwakili Kepala Survei Teknologi Laut BPPT, Ridwan Djamaluddin.
“Namun begitu, Buoy ini akan ditempatkan kembali ke posisinya semula di perairan lepas Sumbar-Sumut tepatnya di 60 nm (nautical mile/mil laut-red) atau sekitar 110 km barat laut Pulau Siberut. Tapi sebelumnya, alat ini akan “diparkir” dulu di Padang untuk mendapatkan perbaikan,” jelasnya.
Untuk menangani kasus hilangnya Tsunami Buoy —yang terdiri dari sistem seafloor bottom pressure sensor (BPS) yang dapat mendeteksi kejadian tsunami sampai 1 cm dan moored surface buoy yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tsunami secara real-time ini, BPPT RI mengirimkan 4 anggotanya ke Kota Padang di bawah pimpinan Dr Ir Wahyu W Pandoe. Mereka terdiri dari 2 tenaga ahli dan 2 teknisi. Rombongan ini di-back up Pemprov Sumbar dengan menurunkan petugas dari Distamben Sumbar yang dipimpin Ade Edward. Sementara operasi pencariannya sendiri, di bawah kendali (BKO) Danlanal Teluk Bayur.Namun untuk sementara, Danlanal Teluk Bayur menyebutkan hilangnya Buoy itu lantaran di bawa arus yang kemudian ditemukan terapung-apung di lokasi penemuan. (ped/max) |
posted by Maryulis Max @ 3:06 PM |
|
3 Comments: |
-
uhhhhmmm... ini alat yang dipasang sama orang DKP bareng sama orang Jerman bukan yah?
yang dipasang di Aceh. jauh banget kalo bener itu yang dipasang, gile... untung ketemu.
dosa tu kalo jadi dimalingin! :D
-
gak mikir apa ya tuh maling??
itu kan berhubungan dgn jutaan umat manusia...!!!
dasar maling! gak tau diri!! *maling koq dimarahin* hehehe...
-
dasar..maling gak tau diri!!! gila bgt nyuri2 pendeteksi tsunami. Sebagai orang minang saya pengen kitikan tu orang sampe tewas...huh!!
|
|
<< Home |
|
|
|
|
|