Belum lagi, begitu banyaknya penanggap saat saya mencoba-coba membikin resensi dua buah buku di blog utama saya. Mereka menyarankan agar saya rutin meresensi buku yang telah saya baca. "Halah, mana sempat..," begitu alasan saya ketika itu, mengingat saya memang tidak punya banyak waktu, apalagi untuk membaca buku.
Saya benar-benar tidak punya waktu untuk rutin membaca buku. Karena luang waktu itu sendiri yang memang kurang, habis tersedot di pekerjaan sehari-hari. Jangankan untuk buku, untuk keluarga --istri dan anak-- saja, tak cukup waktu buat mereka.
Tapi herannya, walau saya kekurangan waktu, tetap saja masih suka menambah bahan bacaan. Bayangkan, setiap minggu saya berlangganan koran Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo (khusus edisi Minggu saja). Yang 3 itu saja, belum tentu terbaca semuanya, kecuali untuk rubrik-rubrik tertentu yang wajib baca seperti Parodi-nya Samuel Mulia di Kompas, Editorial-nya Media Indonesia, Cari Angin-nya Putu Setia di Koran Tempo dan juga Cerpen-cerpen yang ada di masing-masing koran. Kalau ada artikel menarik, semisal resensi buku, dilahap habis.
Setelah itu, saya juga berlangganan majalah bulanan. Seperti Flona, Trubus, Ayahbunda dan Paras. Dua majalah pertama, menyangkut hobi saya bertaman dan memelihara ikan, sedangkan 2 majalah terakhir lebih ditujukan buat keluarga. Yakinlah, 4 majalah itu, tidak pernah tuntas saya baca, kecuali hanya ada rubrik menarik yang sesuai dengan ketertarikan saya saja.
Belum lagi di luar itu, saya sempat pula berlangganan —tapi beli secara eceran— majalah Hidayah, Ghaib, dan Nikah, yang kini jumlahnya cukup lumayan sebagai “bantal”. Di luar itu juga, saya tidak pula melewatkan diri untuk membeli majalah-majalah beredisi khusus seperti Tempo, Gatra, Intisari atau lainnya yang sedang mengupas tuntas sesuatu yang menarik bagi saya. Maka bertambahlah tumpukan bacaan yang belum tentu terbaca.
Busyetnya lagi, saya telah pula membiasakan diri minimal sekali 1 bulan untuk berbelanja buku di toko buku. Minimal 3-5 buku, harus saya bawa pulang untuk ditumpuk dulu, baru kemudian dibaca bila ada waktu. Parahnya, saya terkadang mendapat pula buku-buku gratis dari relasi-relasi yang sedang launching karya mereka. Katanya, "Untuk kenang-kenangan, buat Anda".
Maka semakin bejibunlah "dosa" saya terhadap bahan bacaan yang saya punya. Mereka ada, tapi tidak selamanya bisa dibaca, kecuali saya punya waktu untuk itu, yang kadang waktunya tidak pula menentu. Pulang kerja di larut malam; membaca untuk mengantar tidur, atau ketika libur di rumah; membaca setelah anak tidur dan atau saya tidak punya kegiatan apa-apa sebagai seorang bapak rumah tangga.
Tapi syukurlah. Sesungguhnya tak ada niat saya untuk menelantarkan buku-buku itu, koran-koran itu, majalah-majalah itu, hanya saja saya yang kekurangan waktu. Kata temanku, "kamu itu butuh 1 hari = 35 jam, agar punya waktu baca buku". Kalau begitu.., matilah aku!!
Dan syukurnya lagi, inspirasi itu muncul. Dari sebuah ide dengan rekan yang cinta buku untuk saling tukar daftar buku yang kami punya (lengkap dengan pengarangnya, penerbit, jumlah halaman, ukurannya dan kapan belinya), akhirnya niat untuk mendata ulang apa yang saya punya tercapai juga. Hasil akhirnya, saya lebih banyak punya koran dan majalah, ketimbang buku.
Saya bersyukur punya data itu. Hingga akhirnya, eureka, muncul juga ide untuk bikin blog ini. Isinya persis sama dengan data buku yang telah saya tulis dengan microsoft excel, tinggal lagi ditambahi dengan cover buku dan kalau bisa (harus bisa!!!) resensinya juga. Maka jadilah dia; maxbooks.wordpress.com.
Semoga keberadaan mainan baru ini, menjadi bermanfaat bagi siapa saja, terutama bagi saya sendiri. Karena sesuai dengan SMS rekan saya suatu waktu, "Scripta Manent Verba Volan" (yang tertulis akan mengabadi, yang terucap akan berlalu bersama angin).
Begitulah.., akhirnya saya harus mengatur waktu untuk membaca buku dan menuliskan apa yang telah saya baca itu. (***)