TSUNAMI kecil setinggi 1,5 meter yang meluap hingga 75 meter dari bibir pantai, Minggu (25/11), menerjang Kampuang Uba, Nagari Indropuro, Kabupaten Pasisia Selatan (Pessel). Peristiwa itu terjadi satu jam pasca gempa besar berkekuatan 6,2 SR yang terjadi pukul 09.51 WIB di selatan Pulau Sikakap Mentawai. Akibatnya 38 rumah "dilamun" ombak laut Selat Mentawai itu.
Informasi yang didapat dari Kabag Kesbanglinmas Pessel Dalipal SSos, Senin (26/11), kejadian tak terduga itu membuat 10 rumah hilang "dilumat" gelombang, sementara 16 rumah rusak sedang, sisanya rusak ringan. "Bisa saja ini akibat gempa 6,2 SR itu. Karena seperti dilaporkan kepala kampung kepada saya, peristiwa tsunaminya muncul beberapa jam setelah gempa. Kira-kira sekitar jam 11-an," terangnya.
Rumah yang hilang ditelan gelombang itu, sebutnya, merupakan rumah milik Soep (55), Awel (65), Lacan(54), Yusup (60), Sebo(65), Il (40), Jojon (75), Condon (30) Nasik(67) dan Began (50). Semua korban kini terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat yang disediakan Pemkab Pessel dan juga menginap di rumah sanak familinya yang ada di sekitar kampung itu.
"Dilihat dari lokasi, sebenarnya rumah warga yang menjadi korban keganasan tsunami kecil ini, lumayan jauh dari bibir pantai. Sebelumnya di sana ada hamparan pasir, cemara laut dan sungai selebar 50 meter. Namun setelah tsunami, semuanya hilang karena luapan air laut yang mencapai lebih dari 75 meter," ungkapnya.
Untuk para korban, kata dia, Pemkab telah memberikan bantuan berupa tenda darurat, Sembako, dan uang tunai. "Untuk rumah rusak ringan mendapat Rp 200 ribu, rusak sedang Rp 400 ribu dan rusak berat (hilang-red) Rp 600 ribu," sebutnya.
Seperti diketahui, pada Minggu pagi sekitar pukul 09.51'.59" WIB terjadi gempa berkekuatan 6,2 SR yang berpusat di 28 km barat daya Muko-muko Bengkulu di kedalaman 55 km yang persisnya berada di selatan Pulau Sikakap Mentawai. Sejauh ini belum didapat informasi resmi dari BMG, apakah benar tsunami kecil itu akibat gempa atau hanya sebatas gelombang pasang akibat purnama bulan ini.
Giliran Patahan Semangko Getarkan Padang Gempa susul menyusul di pantai barat Sumatera beberapa bulan belakangan, akhirnya memicu reaksi patahan Semangko yang melintang di sepanjang daratan Pulau Sumatera. Kemarin (26/11) sekitar pukul 18.04'.02" WIB, gempa berkekuatan 5,4 SR di kedalaman 53 km berguncang. Gempa ini berpusat di darat 35 km barat daya Sungai Panuah, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
"Untuk di Padang getarannya bisa dirasakan I-II MMI (Merchalli Magnitudo Intensity). Biasanya yang berada di bangunan tinggi, bisa merasakan getaran gempa ini," jelas Kepala BMG Padangpanjang Ir Soemarso yang dihubungi via telepon genggamnya.
Dikatakan, sejauh ini belum didapat laporan kerusakan akibat gempa darat itu. Namun begitu dia mengakui ada juga keterkaitan antara gempa di laut dengan gempa di darat.
Berbeda dengan BMG, United State Geological Survey (USGS/BMG-nya Amerika) melalui website-nya justru merilis informasi bahwa gempa itu berpusat di laut. Dengan posisi episentrum 2,22 LS-100,45 BT dengan kedalaman 35 km yang berkekuatan 5,2 Mw (magnitude wave).
Sementara itu, sebelum gempa jelang Maghrib tersebut, sekitar pukul 13.44'.02" WIB, gempa kembali menguncang perairan Pulau Nias dengan kekuatan 5,3 SR. Gempa berkedalaman 27 km ini berada di 143 km barat daya Gunung Sitoli, Nias.
Sedangkan Senin dinihari sekitar pukul 00.41'.37" WIB, gempa cukup besar kembali menghentak dengan kekuatan 6,0 SR. Gempa ini berpusat di 107 barat laut Muko-muko, Provinsi Bengkulu atau persisnya di selatan Pulau Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai. "Gempa ini bisa dirasakan getarannya III MMI di Kota Padang dengan durasi 3 menit," sebut Soemarso. (max) |