10 February 2006 |
Menyoal Perubahan Motto Padang Kota Tercinta |
Berliku Jalan Mendapat Lambang dan Motto Kota Pemko Padang, melalui Walikota Drs H Fauzi Bahar MSi terus berupaya agar motto Padang Kota Tercinta berganti. Dengan menambahi kata-kata "Kujaga dan Kubela", di depan kata "Padang Kota Tercinta", Pemko berniat agar ada penyemangat dalam derap pembangunan kota ini.
Tapi, segampang itukah lambang dan motto kota ini berganti? Pasalnya, untuk menciptakan dan menetapkan motto yang telah ada, yaitu "Padang Kota Tercinta", perjalanan panjang penuh liku ditempuh pemimpin kota terdahulu.
Berawal dari kesepakatan DPRD Gotong Royong Sementara pada 1953, disepakati agar kota ini harus segera mempunyai lambang daerah. Baru 3 tahun kemudian, tepatnya 1956, dilakukan sayembara pembuatan lambang Kota Padang. Pesertanya membludak. Ratusan warga dari beragam kalangan ingin sekali berpartisipasi untuk menciptakan lambang tersebut.
"Akhirnya, dari sekian banyak peserta tersebut, yang terpilih sebagai pemenangnya adalah karya Ibenzani Usman, alumni SMA I Padang yang baru saja kuliah di jurusan Senirupa ITB Bandung," tutur Drs H Irawadi Uska BSc kepada penulis soal ikhwal sejarah lambang Kota Padang ini.
Ibenzani --yang kemudian hari menjadi seniman besar Kota Padang dan praktisi pendidikan dengan titel lengkap Prof DR Ibenzani Usman--, dalam lomba itu berhasil pula mengalahkan ayahandanya, Usman Kagami (Uska) yang merupakan Direktur SMA I Padang dan salah seorang pelukis gambar oeang (uang-red) republik.
Kemenangan Ibenzani, dengan karya lambang seperti yang kini dipakai Kota Padang, baru ditetapkan puluhan tahun berikutnya. Tepatnya pada 1973, kemenangan itu ditetapkan dalam Perda sebagai lambang kota. Saat itu, belum ditetapkan motto kota.
Pada 1983, di era pemerintahan Syahrul Udjud, Kota Padang dilakukan perluasan wilayah. Dari semula hanya 3 kecamatan, yaitu Padang Selatan, Padang Timur dan Padang Barat dengan 13 kepala kampung (lurah di era sekarang-red), menjadi 11 kecamatan seperti sekarang ini dengan 193 kelurahan. Sebagai daerah yang mengalami perluasan dengan masuknya beberapa wilayah milik Padangpariaman, kehidupan masyarakat didorong untuk mencintai Kota Padang sebagaimana layaknya kampung halaman mereka. Sejak itulah, Padang mulai dicintai warga...(bersambung)
Semuanya Ada Dalam Cinta Pada 1983, di era pemerintahan Syahrul Udjud, Kota Padang dilakukan perluasan wilayah. Dari semula hanya 3 kecamatan, yaitu Padang Selatan, Padang Timur dan Padang Barat dengan 13 kepala kampung (lurah di era sekarang-red), menjadi 11 kecamatan seperti sekarang ini dengan 193 kelurahan.
Sebagai daerah yang mengalami perluasan dengan masuknya beberapa wilayah milik Padangpariaman, kehidupan masyarakat didorong untuk mencintai Kota Padang sebagaimana layaknya kampung halaman mereka. Sejak itulah, Padang mulai dicintai warga.
Sebagaimana dituturkan mantan anggota DPRD Padang periode 1987-1997, Drs H Irawadi Uska BSc, dalam usaha untuk menciptakan Kota Padang agar dicintai oleh warganya dan menumbuhkembangkan rasa memiliki sebuah kota, maka diambillah inisiatif sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Maka lahirlah Perda No 1 Tahun 1992 tanggal 21 Maret 1992 tentang Lambang Daerah Kotamadya Padang yang sekaligus ditambah dengan motto Padang Kota Tercinta.
"Berbarengan dengan itu juga ditetapkan lagu Mars Padang Kota Tercinta yang juga diciptakan Prof DR Ibenzani Usman yang sebelumnya telah memenangkan sayembara logo Kota Padang pada 1956," kisahnya.
Dalam perobahan (penambahan motto Padang Kota Tercinta pada lambang karya Ibenzani-red) tersebut, Walikota Padang --ketika itu--, Syahrul Udjud SH menghubungi Ibenzani guna meminta persetujuannya. Setelah mendapat persetujuan, maka ditetapkanlah penambahan motto tersebut. Dan patut diketahui, motto Padang Kota Tercinta itu adalah hasil olah pikir berbagai kalangan seperti seniman, wartawan, dan komponen masyarakat yang dihimpun oleh dewan ketika itu. Bukan hasil olah pikir orang per orang.
Dan kini, di era kepemimpinan Drs H Fauzi Bahar MSi sebagai Walikota Padang, muncul wacana untuk menambahkan kata-kata "Kujaga dan Kubela". Alasan paling mendasar dari penambahan itu adalah mengobarkan semangat dan jiwa patriotisme masyarakat dalam menyukseskan pembangunan di kota ini. Dengan gencar dilakukan sosialisasi terhadap motto baru yang berbunyi "Padang Kota Tercinta Kujaga dan Kubela" ini.
Tanggapan awal dari berbagai kalangan adalah, "bukankah dalam cinta sudah ada segalanya?" Bila masyarakat sudah mencintai Kota Padang, berarti mereka akan siap untuk menjaga dan membela. Masyarakat siap untuk berbuat apa saja demi Kota Padang yang Tercinta ini. (bersambung)
Hanya di DPRD, Gelindingan Motto Itu Terhenti Di era kepemimpinan Drs H Fauzi Bahar MSi sebagai Walikota Padang, muncul wacana untuk menambahkan kata-kata "Kujaga dan Kubela". Alasan paling mendasar dari penambahan itu adalah mengobarkan semangat dan jiwa patriotisme masyarakat dalam menyukseskan pembangunan di kota ini. Dengan gencar dilakukan sosialisasi terhadap motto baru yang berbunyi "Padang Kota Tercinta Ku Jaga dan Ku Bela" ini.
Sebagaimana diungkapkan Asisten I Pemko Padang, Drs Syafruddin Nur dalam hearing dengan Pansus I DPRD Padang beberapa waktu lalu, gagasan walikota merubah identitas kota ini, sudah dibahas sejak medio Agustus 2004 silam. Bahkan Pemko telah mengundang sejumlah nama untuk penambahan motto tersebut. Diantaranya DR Mestika Zed dari UNP, DR Damsar MA dari Unand, Zainuddin dari LKAAM Padang, dan Darman Moenir dari unsur seniman. Mereka itu, pada umumnya menyetujui ide penambahan motto tersebut. Alasannya dengan begitu akan memberi motivasi kepada masyarakat untuk lebih mencintai kota ini.
Sejak itu, makin gencarlah Ku Jaga dan Ku Bela digaungkan. Mulai di spanduk-spanduk, banner, koran, dan sebagainya, selalu ada kata-kata Padang Kota Tercinta Kujaga dan Kubela. Saking gencarnya, sampai-sampai masyarakat bertanya, "apa yang harus dijaga dan dibela?" Setelah dirasa sosialisasi cukup sukses, barulah Pemko mengajukan draft Ranperda perubahan Perda No 1 Tahun 1992 tentang lambang daerah Kotamadya Tingkat II Padang ke DPRD. Tanggapan dewan ketika itu, "alah jalan baru malapor".
Sempat tertunda pembahasannya, karena DPRD sibuk dengan agenda lain, akhirnya Ranperda itu ikut dibahas bersama-sama dengan 8 Ranperda lainnya. Dan sebagai lokomotifnya, dipercayakan kepada Pansus I.
Sebelum Pansus ini dibentuk, sempat disampaikan nota pengantar Ranperda itu oleh walikota yang kemudian ditanggapi dalam bentuk pandangan umum anggota dewan. Tanggapannya pun beragam, dan malah bikin panas walikota, sehingga yang bersangkutan sempat "keseleo lidah" dalam memberikan jawaban atas pandangan umum anggota dewan tersebut. Dan kecenderungan yang ada, hampir seluruh fraksi di DPRD Padang, ingin perubahan itu ditinjau kembali dengan meminta Pemko untuk melakukan pengkajian yang mendalam perlu tidaknya motto itu diganti.
Beban kini ada di Pansus I. Ketua Pansus I, Drs Mirkadri Miyar MPA --yang secara pribadi tidak setuju dengan perubahan ini-- mengatakan pihaknya hati-hati dalam pembahasan Ranperda tersebut. Bahkan ditegaskannya, belum tentu pembahasannya akan dilanjutkan, tergantung masukkan-masukkan yang akan diterima pihaknya.
Cuma yang pasti, mantan Walikota Padang, Syahrul Udjud SH yang ditanyai salah seorang anggota dewan seputar masalah ini, menunjukkan kekurangsetujuannya. Syahrul lebih ingin bila dibahas soal penataan Pasar Raya, pendidikan yang tengah merosot, dan lainnya, ketimbang membahas hal yang tak perlu serupa itu.
Nah, kalau sudah begitu, apakah DPRD Padang dan Pansus I akan terus menggelidingkan perubahan motto ini? Atau mereka akan menstop gelindingan motto tersebut, sehingga "skor" tetap bertahan dengan kalimat yang berbunyi " Padang Kota Tercinta" alias tanpa embel-embel "Kujaga dan Kubela". (***)
* Tulisan ini pernah dimuat di POSMETRO PADANG edisi 6-8 Juli 2005 |
posted by Maryulis Max @ 10:40 AM |
|
|
|
|